Apakah Urbanisasi Meningkatkan Risiko Penyakit di Tingkat Global?

Oyisultra.com, KENDARI – Urbanisasi adalah suatu proses di mana penduduk bermigrasi dari pedesaan ke wilayah perkotaan, yang kemudian mengakibatkan pertumbuhan dan transformasi wilayah tersebut menjadi kawasan perkotaan. Proses ini umumnya terjadi akibat adanya
ketimpangan pembangunan antara wilayah perkotaan dan pedesaan, serta adanya peluang kerja dan akses terhadap layanan publik yang lebih baik di wilayah perkotaan. Urbanisasi juga dapat diartikan sebagai perpindahan dan pemusatan penduduk secara nyata yang memberi dampak dalam ekonomi, politik, dan budaya.

Urbanisasi yang meningkat dapat meningkatkan risiko penyakit di tingkat global. Urbanisasi yang cepat dan tidak terencana dapat menyebabkan munculnya berbagai
masalah di perkotaan, seperti permukiman liar dan peningkatan polusi udara. Urbanisasi yang cepat dan tidak terencana dapat menyebabkan munculnya berbagai masalah di perkotaan, seperti permukiman liar, peningkatan polusi udara, dan peningkatan risiko
penyakit. Menurut sebuah jurnal yang diterbitkan dalam Society, Vol. I, No.1, Juni 2013, terdapat korelasi positif antara tingkat urbanisasi dan peningkatan risiko penyakit,
dimana aktivitas perekonomian cenderung terpusat pada area dengan tingkat konsentrasi penduduk yang tinggi.

Dampak Urbanisasi

Urbanisasi meningkat mempengaruhi lingkungan dan kesehatan manusia
dengan berbagai cara. Urbanisasi yang cepat dan tidak terencana dapat menyebabkan munculnya berbagai masalah di perkotaan, seperti permukiman liar dan peningkatan
polusi udara.

Dampak urbanisasi yang tidak terkendali ini juga berkontribusi pada perubahan gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi makanan yang tidak sehat, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko obesitas dan diabetes. Selain itu, urbanisasi juga dapat meningkatkan risiko kebakaran dan bencana
alam lainnya.

Urbanisasi yang meningkat mempengaruhi lingkungan dalam berbagai aspek, termasuk Penggunaan Lahan, pencemaran lingkungan, kehilangan habitat alam, tata ruang dan infrastruktur.

Urbanisasi meningkat menyebabkan konversi lahan dari area pertanian atau hutan menjadi kawasan perkotaan, yang dapat mengancam
keberlanjutan lingkungan dan keanekaragaman hayati.

Pertumbuhan perkotaan yang
cepat dapat menyebabkan peningkatan polusi udara, air, dan tanah akibat aktivitas industri, transportasi, dan limbah domestik. Pembangunan perkotaan dapat
menyebabkan kehilangan habitat alami bagi berbagai spesies, yang pada gilirannya dapat mengancam keberlanjutan ekosistem.

Urbanisasi yang tidak terencana dapat mengakibatkan tata ruang yang tidak teratur dan infrastruktur yang tidak memadai, yang dapat mempengaruhi ketersediaan air, pola aliran air, dan risiko bencana alam.

Urbanisasi dapat menyebabkan peningkatan angka kemiskinan, pemukiman kumuh, dan urban crime, yang semuanya berkontribusi pada risiko kesehatan masyarakat. Dampak urbanisasi yang tidak terkendali ini juga berkontribusi pada perubahan gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi makanan yang tidak sehat, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko obesitas dan
diabetes.

Oleh karena itu, penting untuk mengatasi dampak negatif dari urbanisasi dengan melakukan berbagai upaya untuk mengurangi risiko penyakit, seperti meningkatkan ketersediaan fasilitas kesehatan, memperbaiki sistem pengelolaan
limbah, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya gaya hidup sehat.
Dampak dari urbanisasi meliputi perubahan sosial, ekonomi, dan budaya di masyarakat, serta perubahan morfologi wilayah perkotaan.

Proses urbanisasi juga dapat
menimbulkan berbagai masalah sosial, seperti terjadinya slum area, ketimpangan sosial, dan perubahan nilai dan norma di masyarakat. Oleh karena itu, urbanisasi perlu dikelola
secara bijaksana untuk meminimalkan dampak negatifnya dan memastikan terciptanya
keseimbangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan.

Faktor-faktor Penyebab

Urbanisasi meningkatkan risiko penyakit di tingkat global karena adanya peningkatan jumlah penduduk di kota yang menyebabkan kerumunan dan penyebaran
penyakit yang lebih mudah.

Faktor-faktor yang menyebabkan urbanisasi antara lain pertumbuhan ekonomi di daerah perkotaan, kondisi kehidupan kota yang modern, dan adanya sarana dan prasarana kota yang memadai. Urbanisasi dapat berdampak positif bagi desa, seperti mengurangi jumlah penduduk dan meningkatkan kesejahteraan
penduduk desa, namun juga dapat berdampak negatif, seperti berkurangnya sumber daya manusia di pedesaan dan meningkatnya jumlah pengangguran di pedesaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi urbanisasi di kota antara lain adanya perbedaan penghasilan antara desa dan kota, sehingga orang yang tinggal di desa cenderung mencari pekerjaan di kota yang memiliki penghasilan lebih tinggi, Fasilitas yang lebih baik di kota, seperti pendidikan, kesehatan, dan transportasi yang lebih mudah diakses, adat istiadat yang ketat di desa yang menghambat kemajuan desa, pertumbuhan ekonomi di daerah perkotaan yang menarik orang untuk mencari pekerjaan di kota dan faktor kebudayaan, seperti gaya hidup di kota yang menarik bagi sebagian orang.

Dampak negatif urbanisasi bagi lingkungan antara lain adalah degradasi lingkungan, berkurangnya lahan kosong, dan terjadinya pengangguran serta underemployment. Urbanisasi dapat menyebabkan degradasi lingkungan melalui berkurangnya ruang terbuka hijau, peningkatan polusi udara dan air, serta berkurangnya lahan pertanian.

Selain itu, urbanisasi juga dapat menyebabkan terjadinya pengangguran dan underemployment akibat dominasinya fungsi sosial, ekonomi, pendidikan, dan hirarki urban, sehingga kota dipandang sebagai inefisien dan mengalami proses “pseudo-urbanisasi”.

Oleh karena itu, pengelolaan urbanisasi yang baik diperlukan untuk meminimalkan dampak buruknya terhadap lingkungan Urbanisasi yang meningkatkan risiko penyakit dapat memiliki implikasi ekonomi yang signifikan.

Urbanisasi dapat mendorong meningkatnya faktor utama pertumbuhan ekonomi yaitu konsumsi rumah tangga, investasi, dan belanja pemerintah. Implikasi dari urbanisasi yang tidak terkelola dengan baik adalah meningkatnya masalah di kota seperti membludaknya jumlah penduduk, kemacetan, dan meningkatnya jumlah penjual sektor informal.

Dampak negatif urbanisasi bagi desa antara lain berkurangnya tenaga
kerja di desa, pembangunan di desa menjadi terhambat, dan produktivitas pertanian kian menurun. Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan urbanisasi yang lebih baik lagi, agar tidak menambah dampak buruk di masyarakat.

Penanggulangan

Pembangunan infrastruktur di perkotaan seperti perumahan rakyat yang sesuai dengan tata kelola transportasi publik dan fasilitas kesehatan serta pendidikan formal
yang terjangkau, sarana pengelolaan air bersih dan sanitasi yang cukup serta layanan pendidikan dan pelatihan dapat meningkatkan kualitas kaum urban yang berpindah dari desa ke kota.

Selain itu, pemerintah juga mengupayakan pemerataan ekonomi di desa melalui optimalisasi penggunaan dan peningkatan kualitas pendidikan di perdesaan
Beberapa kebijakan pemerintah yang telah dilakukan untuk mengatasi risiko penyakit akibat urbanisasi antara lain peningkatan akses kesehatan, pembangunan infrastruktur dan pemerataan ekonomi. Pemerintah telah meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, terutama di daerah perkotaan yang padat penduduk.

Pemerintah telah membangun infrastruktur di perkotaan seperti perumahan rakyat yang sesuai dengan tata kelola transportasi publik dan fasilitas kesehatan serta pendidikan formal yang terjangkau, sarana pengelolaan air bersih dan sanitasi yang cukup serta layanan pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan kualitas kaum urban yang berpindah dari desa ke kota. Pemerintah juga telah mengupayakan pemerataan ekonomi di desa melalui optimalisasi penggunaan dan peningkatan kualitas pendidikan di perdesaan.

Kesimpulan

Urbanisasi meningkatkan risiko penyakit di tingkat global. Kondisi kota yang padat dengan mobilitas tinggi dapat meningkatkan risiko penularan penyakit, termasuk
Covid-19. Selain itu, peningkatan laju urbanisasi dan globalisasi telah menyebabkan area transmisi sebagian besar penyakit parasit menjadi lebih luas.

Selain penyebaran penyakit, dampak urbanisasi terhadap lingkungan, khususnya polusi, juga semakin menimbulkan ancaman terhadap kesehatan manusia dan bumi. Perubahan perilaku masyarakat di lingkungan perkotaan juga menjadi kunci utama dalam pengendalian
penyakit tular-vektor. Selain itu, urbanisasi juga telah menyebabkan munculnya penyakit-penyakit infeksi baru, yang menjadi tantangan serius bagi kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Tingginya laju urbanisasi juga telah terkait dengan peningkatan potensi wabah penyakit menular dalam skala global.

Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan dampak urbanisasi terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan, serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengendalikan risiko penyakit di lingkungan perkotaan.

Oleh: Irmayanti, Mahasiswa Program Studi Magister Kesehatan
Masyarakat Universitas Mandala Waluya

Publisher : FITRI F. NINGRUM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *