Kampanye di Kendari, Capres Anies Terima Keluhan Buruh, Petani dan Nelayan

Oyisultra.com, KENDARI – Usai menggelar kampanye tertutup. Calon presiden (capres) nomor urut 1, Anies Baswedan lanjut mendengarkan keluhan para buruh, nelayan, dan petani di Warkop Bakrie, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Selasa (9/1/2024).

Dalam kesempatan itu, salah seorang buruh pertambangan nikel Morosi mengeluhkan soal upah.

“Kenaikan upah, khusus di Perindustrian Morosi hanya Rp31.700. Di saat bersamaan, Presiden Jokowi mengeluarkan peraturan bahwa seluruh karyawan harus dipajaki. Jadi kenaikan upah itu tidak kami nikmati, justru kembali ke kantong-kantong pajak,” kata salah seorang buruh.

Menanggapi hal tersebut, Anies pun mengatakan akan memberikan solusi seperti yang dilakukan saat dirinya menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Dirinya menceritakan, bahwa Upah Minimum Provinsi (UMP) Jakarta sedianya mengalami kenaikan rata-rata delapan persen. Namun, begitu terbit UU Omnibus Law, kenaikan upah itu menjadi 0,8 persen.

“Saya sebagai gubernur dapat perintah dari pemerintah pusat, tapi saya tidak mau tanda tangani. Saya tidak mau meneken peraturan yang tidak memberikan keadilan,” beber Anies.

“Akhirnya apa? Saya gunakan kewenangan khusus DKI Jakarta dan membuat kebijakan agar kenaikan gaji menjadi 5,1 persen,” imbuhnya.

Selain itu, Anies, berencana melakukan investasi padat karya supaya angka serapan tenaga kerja lebih tinggi. Hal ini untuk menjawab permasalahan fresh graduate yang kerap kesulitan mendapat pekerjaan. Padahal, pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang tinggi.

“Dimana-mana harusnya lapangan kerja bertambah jika pertumbuhan ekonomi tinggi. Yang terjadi selama 8 tahun terakhir ini adalah kegiatan (investasi) yang padat modal, bukan padat karya. Sehingga pertumbuhan ekonomi terjadi, tapi penyerapan tenaga kerja kurang,” katanya.

Karena itulah, jika terpilih menjadi presiden, Anies berjanji akan berfokus pada kegiatan investasi padat karya. Dengan begitu, fresh graduate bisa segera mendapat pekerjaan.

“Kalau uang yang dipakai (untuk investasi padat modal) justru dipakai untuk membangun pabrik, perkebunan, perikanan, maka lebih banyak tenaga kerja yang terserap. Maka itu, ke depannya kita akan berinvestasi manufaktur, agrikultur,” pungkasnya.

REDAKSI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *