Warga Buton Sulap Rumput Ketak Jadi Kerajinan Bernilai Rupiah

Oyisultra.com, BUTON – Warga di Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) untuk membantu perekonomian keluarga dengan berkreativitas melalui kerajinan tangan. Tepatnya warga Desa Todanga Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton, berhasil memanfaatkan rumput ketak (Nentu) menjadi kerajinan tangan yang bernilai rupiah.

Perlu diketahui, Ketak atau dalam bahasa latin Ligodium circinnatum, merupakan jenis hasil hutan bukan kayu unggulan. Ketak ini sejenis tumbuhan semak yang merambat panjang dalam bentuk seperti tali. Ketak memiliki tekstur yang kuat, layaknya seperti rotan dalam bentuk yang sangat kecil.

Warga Desa Todanga itu menganyam ketak untuk dijadikan sejumlah kerajinann tanngan, seperti talang, baki, bosara tempat tisu, keranjang buah, keranjang air mineral, mangkok buah, piring ceper oval dan bundar, tas, dan gelang tangan.

Salah seorang pengrajin Suharmin mengungkapkan, kerajinan tangan dari ketak tersebut sudah lama dilakukan masyarakat Todanga. Bahkan hingga menjadi kerajinan turun-temurun.

Berbagai macam produk kerajinan tangan dari Ketak

“Ketak itu tumbuhan liar biasanya orang kampung kami menyebutnya Nentu, bahan ini cukup kuat seperti rotan,” katanya.

Ia menambahkan, kerajinan tersebut dijadikan mata pencaharian sebagian warga Desa Todanga. “Kerajinan tangan ini bisa mencapai omset hingga jutaan rupiah,” ujarnya.

Kerajinan tangan ini, sambung dua bisa dijadikan ole-ole wisatawan. Kerajinan ini sangat menarik dan unik sehingga bagi siapa saja yang liat pasti tertarik. Karena keuinikannya ini, Dekranas (Dewan Kerajinan Nasional) di daerah tersebut sering mengambil kerajinan tangan Desa Todanga.

“Kerajinan tangan di desa ini (Todanga), sering dipamerkan di beberapa ivent yang diikuti kabupaten Buton. Ibaratnya kerajinan di sini sebagai salah satu produk unggulan Kabupaten Buton,” ucapnya.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buton sendiri, sudah sering mengadakan pelatihan terhadap pengrajin yang ada di Desa Todanga melalui Dekranasda Buton.

“Kalau Pemkab Buton sering adakan pelatihan melalui kegiatan Dekranas. Disperindag juga kasih bantuan galeri. Namun pembangunan galeri jauh dari Desa Todanga. Bahkan bantuan dari Ibu Jusuf Kalla pun ada,” ujarnya.

Sejumlah produk hasil kerajinan tangan dari ibu-ibu Desa Todanga, Buton

Selain dari bahan dasar Ketak, warga Desa Todanga juga bisa membuat kerajinan tangan dari rotan. Namun kerjinan dari rotan membutuhkan waktu yang cukup lama karena rotan harus di beli dari luar kecamatan.

“Rotan yang diambil tersebut belum bisa langsung diolah menjadi kerajinan butuh beberapa waktu karena rotan harus dijemur hingga kering baru bisa digunakan,” terangnya.

Ia berharap, pemerintah daerah memperhatikan lebih fokus kepada masyarakat pengrajin agar masyarakat bisa terus memproduksi barang kerajinan secara berkelanjutan.

“Biasanya barang yang tersedia pada kami sering habis. Jadi kalau untuk membeli kerajinan harus menunggu karena banyaknya pesanan. Apalagi galeri pengrajin di Todanga belum ada,” tuntasnya. (Adv/OS)

Penulis : ASEP
Publisher : FITRI F. NINGRUM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *