Penggunaan Gadget dan Dampaknya Dalam Dunia Anak

Oleh : Irawati Ali Djatmo, Mahasiswa Peogram Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Mandala Waluya Kendari

Oyisultra.com, KENDARI – Gadget kini kerap menjadi perbincangan dalam dunia anak terus berkembang, dan metode permainan yang dulu sudah jarang dilakukan anak – anak di Era sekarang ini. Yang dulu aktif kini semakin membuat anak – anak menjadi pasif berada di luar rumah. Perilaku kecanduan gadget adalah screen dependency disorder (gangguan ketergantungan terhadap layer gadget) atau SDD. Sebuah penelitian terbaru menemukan 30% anak di bawah usia enam bulan sudah mengalami paparan gadget secara rutin dengan rata-rata 60 menit per hari.

Selain menjadi alat komunikasi dan sumber informasi, gadget yang dilengkapi berbagai fitur juga menjadi pintu masuk bagi anak-anak untuk mengakses media sosial, gim, dan fitur lainnya secara daring yang belum sesuai untuk usianya. Bahkan, penggunaan gadget yang terus-menerus tanpa mengenal waktu berpotensi mengganggu tumbuh kembang anak serta membuat anak kecanduan atau adiksi gadget.

Di usia dua tahun, sembilan dari sepuluh anak mendapat paparan gadget yang lebih tinggi dan berpotensi membuat mereka mengalami SDD. Potensi gadget merusak otak anak bisa lebih tinggi jika si kecil terkena paparan gadget sejak dini.

Dampak Gadget

Selain tanda-tanda anak mengalami SDD, gadget juga dapat menjadi potensi utama merusak otak anak dan mengganggu proses tumbuh kembang anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat data yang menggambarkan besarnya dampak anak yang terlalu sering menggunakan gadget.

Kerusakan yang diakibatkan di antaranya adalah paparan layar gadget yang merusak otak anak hingga akibat pada tumbuh kembang otak pada anak. Selain itu, anak juga akan mengalami kurang tidur sehingga kemampuan untuk fokus sangat rendah. Anak pun cenderung tidur di siang hari dan terjaga di malam hari. Setiap penggunaan gadget selama 15 menit dapat mengurangi waktu tidur anak sekitar 60 menit.

Dampak lain yang mengkhawatirkan adalah terjadinya speech delay (terlambat berbicara) pada anak; mengalami masalah dalam tumbuh kembang fisik anak seperti berat badan turun atau justru naik dengan drastis, sakit kepala, kurang gizi, insomnia, hingga masalah penglihatan; dan masalah tumbuh kembang anak seperti kecemasan, perasaan kesepian, rasa bersalah, isolasi diri, dan perubahan mood yang drastis.

Publisher : FITRI F. NINGRUM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *