Atasi TBC Dengan Tepat Wujudkan Indonesia Yang Lebih Baik

Oleh : Ida Purwastuti, Mahasiswa Program Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Mandala Waluya Kendari

Oyisultra.com, KENDARI – Tuberkulosis (TBC) di Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang. Catatan tertua TBC di Indonesia ditemukan di salah satu relief Candi Borobudur pada abad ke-8 Masehi. Sejak periode Hindia Belanda terdapat catatan terkait kegiatan TBC, yaitu: Perkumpulan Centrale Vereniging Voor Tuberculose Bestrijding (CVT) dibentuk pada 1908 dan tahun 1939 didirikan 15 sanatorium untuk perawatan pasien TBC paru dan 20 consultatiebureau yang memberi penyuluhan dan pengobatan.

Setelah merdeka yaitu saat zaman Orde Lama (1945-1966) didirikan Lembaga Pemberantasan Penyakit Paru-paru (LP4) didirikan di Yogyakarta. Dikenal dengan Balai Pemberantasan Penyakit Paru-paru (BP4), lembaga tersebut dibentuk hingga ke 53 lokasi. Pada tahun 1950 Jenderal Soedirman meninggal karena penyakit TBC.

TBC merupakan penyakit menular penyebab kematian nomor satu di dunia. Dan saat ini penyakit TBC di Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan Cina. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang serius dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Saat ini di Indonesia tercatat setidaknya 969.000 orang mengidap penyakit TBC.

Kasus TBC yang tidak ditangani dengan baik di kaum pekerja dapat memberikan dampak negative pada pekerja maupun perusahaan. Produktivitas pekerja dapat berkurang hingga pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas perusahaan. Ditambah dengan stigma yang masih tinggi terhadap penderita TBC, hal ini berisiko pada pemutusan hubungan kerja terhadap penderita TBC sehingga dampak lainnya dapat terjadi pada sosio-ekonomi pekerja. Untuk menciptakan Indonesia yang lebih baik dalam pencegahan dan penanggulangan TBC, diperlukan upaya yang komprehensif dan berkelanjutan.

Pemerintah telah mengalokasikan anggaran guna memastikan tersedianya fasilitas medis, tenaga kesehatan, dan obat-obatan yang dibutuhkan untuk penanganan TBC. Fasilitas medis yang memadai sangat penting dalam mendukung diagnosa dan pengobatan TBC yang efektif. Pembangunan dan pemeliharaan fasilitas kesehatan telah dibentuk agar mampu memberikan layanan diagnostik dan perawatan yang tepat. Laboratorium di setiap kabupaten telah dengan peralatan modern untuk mendeteksi TB secara akurat sehingga dapat membantu mempercepat proses diagnosa dan menghindari kesalahan dalam pengobatan. Dokter, perawat, petugas laboratorium, dan ahli kesehatan lainnya dilatih sehingga memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mendiagnosis, merawat, dan mengelola kasus TB dengan baik. Dengan meningkatkan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan, masyarakat dapat memiliki akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan yang dibutuhkan.

Edukasi yang intensif tentang penyebab, gejala, penyebaran, dan cara pencegahan TBC pada masyarakat dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang TBC. Dengan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang TBC upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit tuberkulosis (TBC) dapat terbantu. Melalui pendekatan edukasi yang intensif, masyarakat dapat lebih memahami penyebab, gejala, penyebaran, dan cara pencegahan TBC, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap penyakit ini.

Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan bagian tubuh lainnya. Gejala TBC yaitu batuk yang berlangsung lebih dari dua minggu, demam, penurunan berat badan yang tidak wajar, keringat malam hari tanpa aktifitas, kurang nafsu makan dan sering merasa kelelahan. Penyakit ini menular melalui percikan air liur saat batuk atau bersin oleh individu yang terinfeksi.

Cara pencegahan TBC mencakup praktik-praktik kebersihan pribadi, seperti menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin, serta menggunakan masker jika memiliki gejala batuk kronis. Memperkuat sistem kekebalan tubuh juga bisa membantu mencegah infeksi TBC. Selain itu, mendorong individu untuk mengunjungi fasilitas kesehatan jika mereka memiliki gejala-gejala TBC sangat penting untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.

Kementerian Kesehatan melaporkan terjadi kenaikan sangat signifikan atas temuan kasus tuberkulosis (TBC) pada anak di Indonesia. Dari 2021 ada 42.187 kasus TBC pada anak, kemudian 2022 ditemukan 100.726 kasus. Kenaikan itu bahkan melebihi 200 persen. Ini terjadi lantaran banyak orang tua yang tidak memberikan vaksin BCG pada anak mereka, tidak menyadari gejala TBC atau tidak segera mengobati penyakitnya sehingga berimbas penularan pada kelompok rentan seperti anak-anak. Mendorong program vaksinasi yang efektif untuk mencegah infeksi TBC merupakan langkah penting dalam menangani penyakit TBC, seperti vaksin BCG, terutama pada anak-anak. Walaupun pemerintah telah menyediakan vaksin BCG secara gratis, masih banyak orang tua yang lalai dalam pemberian vaksin BCG bagi anak mereka.

BCG (Bacillus Calmette-Guérin) adalah vaksin yang digunakan untuk mencegah infeksi tuberkulosis (TBC) dan juga memiliki efek imunomodulator yang dapat mempengaruhi respons kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit. BCG adalah vaksin yang digunakan secara luas untuk mencegah tuberkulosis, penyakit infeksi bakteri yang dapat menyerang paru-paru dan organ tubuh lainnya.

Selain melindungi terhadap TBC, BCG juga dapat merangsang sistem kekebalan tubuh, meningkatkan produksi sel-sel imun seperti sel T dan sel fagosit, serta memodulasi respons kekebalan yang lebih kuat terhadap berbagai infeksi. BCG telah diketahui memiliki efek perlindungan terhadap beberapa jenis infeksi lain, seperti infeksi saluran kemih dan infeksi kulit.

BCG adalah vaksin hidup yang dihasilkan dari bakteri Mycobacterium bovis yang dilemahkan sehingga tidak menyebabkan penyakit TB aktif pada manusia, tetapi masih memicu respons kekebalan tubuh. Setelah BCG diinjeksikan ke dalam tubuh, komponen bakteri yang dilemahkan merangsang sistem kekebalan tubuh. Ini termasuk merangsang sel T (sel T-helper dan sel T-sitotoksik) yang berperan dalam mengaktifkan dan mengarahkan respons imun.

BCG juga memiliki efek imunomodulator dengan mengubah regulasi respon imun tubuh terhadap berbagai patogen. Ini bisa meningkatkan resistensi terhadap infeksi dan juga memberikan perlindungan melalui mekanisme non-spesifik. Begitu banyak manfaat dari vaksin BCG bagi anak kita, bukankah sangat disayangkan jika hal ini kita lewatkan begitu saja? Setelah vaksin diberikan, sering kali terjadi reaksi peradangan lokal di tempat suntikan. Ini menunjukkan bahwa sistem kekebalan sedang bekerja dan merespons vaksin.

TOSS TBC ialah sebuah gerakan atau kampanye yang digagas untuk Temukan Tuberkulosis, Obati Sampai Sembuh TBC di Indonesia. Kampanye ini menjadi salah satu pendekatan untuk menemukan, mendiagnosis, mengobati dan menyembuhkan pasien TBC, serta menghentikan penularan TBC di masyarakat.

Langkah-langkah yang dilakukan TOSS TBC meliputi, mencari dan menemukan gejala di masyarakat, mengobati TBC dengan tepat, hingga memantau pengobatan TBC sampai sembuh. Saat ini pemerintah telah menyediakan pengobatan TBC secara gratis dan terjangkau di seluruh puskesmas dan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta memastikan adanya pengawasan yang ketat untuk memastikan pasien menyelesaikan regimen pengobatan dengan benar.

Namun ada sebagian orang tidak berobat sesuai anjuran petugas kesehatan terlatih program pemberantasan dan pengendalian penyakit TBC sehingga menyebabkan penyakit yang diderita tidak mencapai status kesembuhan dan malah berkembang menjadi penyakit TBC resisten/kebal obat (TB RO). Oleh karena itu penting bagi masyarakat yang mengalami gejala penyakit TBC untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan yang telah terakreditasi sehingga dapat mengakses pelayanan pengobatan TBC yang sesuai standar nasional.

Penularan penyakit TBC dimana bakteri TBC sangat cepat di tularkan melalui udara dan dapat bertahan di udara selama beberapa jam. Bakteri ini akan menularkan pada orang terdekat dengan pasien terinfeksi TBC, ketika pasien TBC tidak menutup mulutnya waktu batuk, bersin atau meludah di sembarang tempat. Bagaimana jika kita terkena atau terinfeksi oleh penyakit TBC ? Ada 3 kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu :

1. Saat daya tahan tubuh dalam kondisi baik, maka bakteri yang masuk kedalam tubuh akan dapat di atasi/di cegah oleh sistem kekebalan imun yang ada di dalam tubuh, sehingga tidak akan menjadi sakit dan terinfeksi penyakit TBC.

2. Saat daya tahan tubuh dalam kondisi tengah-tengah antara baik dan setengah sakit, maka akan ada kemungkinan bisa terinfeksi oleh bakteri TBC ini. Yang dimana bisa disebut juga dengan infeksi laten TBC. Apa itu laten TBC ? Laten TBC merupakan kondisi dimana kondisi bakteri yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami posisi tidur, mereka tidak akan berkembang menjadi penyakit yang dikarenakan masih ada pembatas/pagar dari sistem kekebalan imun dari tubuh.

3. Terakhir pada saat daya tahan tubuh dalam kondisi sedang tidak fit/sakit, maka bakteri TBC akan dapat berkembang biak dengan cepat dan akan dapat terinfeksi oleh penyakit TBC.

Lalu, bagaimana jika kita sudah terinfeksi bakteri ini namun dengan posisi bakteri laten di dalam tubuh kita ? Terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) dapat menjadi cara terbaik untuk mencegahnya. Terapi pencegahan tuberkulosis adalah serangkaian pengobatan dengan satu jenis atau lebih obat antituberkulosis yang diberikan untuk mencegah perkembangan penyakit TB.

Pemberian TPT sangat penting dilakukan kepada orang-orang yang telah terinfeksi oleh bakteri penyebab tuberkulosis. TPT juga dapat diperoleh secara gratis di fasilitas kesehatan yang telah terakreditasi, oleh karena itu mari kita bersama-sama berjuang dalam membasmi TBC untuk Indonesia yang lebih baik dan lebih produktif.

Publisher : FITRI F. NINGRUM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *