Peran Iptek dan Riset Terhadap Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir yang Menimbulkan Penyakit Diare

Oleh : Muhammad Rafi, Mahasiswa Program Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Mandala Waluya Kendari

Oyisultra.com, KENDARI – Kawasan pesisir merupakan salah satu sumber daya alam yang strategis dan memiliki peran penting dalam mendukung kehidupan manusia. Namun, kawasan pesisir juga memiliki tantangan tersendiri terkait masalah kesehatan yang perlu ditangani dengan serius. Perubahan iklim telah menjadi tantangan kompleks yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk kesehatan masyarakat. Di wilayah pesisir, ancaman penyakit terkait air yang disebabkan oleh perubahan iklim semakin menjadi perhatian utama. Dalam menghadapi tantangan ini, peran ilmu pengetahuan, teknologi, dan riset (iptek) sangatlah krusial.

Perubahan iklim telah menjadi tantangan global yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk kesehatan masyarakat. Wilayah pesisir khususnya berada di garis depan dampak perubahan iklim, menghadapi risiko bencana alam seperti banjir, badai, dan kenaikan permukaan air laut. Dampak ini tidak hanya mengancam infrastruktur dan lingkungan, tetapi juga kesehatan manusia.

Salah satu dampak perubahan iklim yang paling terasa di wilayah pesisir adalah peningkatan risiko bencana alam. Banjir dan badai yang semakin sering dan intens dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur, gangguan pasokan air bersih, dan penyebaran penyakit terkait air. Kenaikan permukaan air laut juga dapat mengancam keberlanjutan wilayah pesisir dan memaksa masyarakat untuk berpindah, meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental dan fisik. Perubahan iklim telah memicu serangkaian perubahan dalam lingkungan alam, terutama di wilayah pesisir, yang mengakibatkan dampak signifikan pada kesehatan manusia. Salah satu ancaman utama yang timbul dari perubahan iklim adalah penyebaran penyakit terkait air, seperti diare dan penyakit kulit.

Diare adalah salah satu penyakit yang paling umum terkait dengan air yang terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen, seperti bakteri, virus, dan parasit. Perubahan pola curah hujan dan aliran air yang tidak stabil dapat menyebabkan limbah manusia dan hewan terbawa ke sumber air yang biasanya digunakan untuk pasokan air bersih. Ini dapat mengakibatkan peningkatan jumlah kasus diare dan penyakit perut lainnya.

Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan frekuensi buang air besar yang lebih tinggi dari biasanya, dengan tinja yang encer dan sering disertai gejala seperti mual, muntah, dan demam. Di wilayah pesisir, faktor-faktor seperti kurangnya akses terhadap air bersih, sanitasi yang buruk, serta kondisi lingkungan yang lembab dan hangat, dapat berkontribusi pada penyebaran penyakit ini. Pencemaran air dan makanan oleh patogen seperti bakteri, virus, dan parasit juga menjadi penyebab utama diare. Selain itu, perubahan lingkungan yang disebabkan oleh perubahan iklim juga dapat mempengaruhi ekosistem laut, termasuk perubahan suhu dan tingkat keasaman air laut.

Penyakit diare dapat mengakibatkan dehidrasi yang parah, terutama pada anak-anak dan orang tua. Di wilayah pesisir, dampaknya bisa lebih buruk karena akses terhadap sumber air bersih mungkin terbatas akibat faktor lingkungan dan bencana alam. Hal ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menghambat perkembangan ekonomi serta pendidikan.

Dari beberapa penelitian yang telah di lakukan menunjukkan bahwa ada hubungan antara perubahan iklim dan peningkatan angka kejadian daire. Salah satunya penelitian yang di lakukan oleh MAULIDA CHUSNIA WARDA dari Universitas Islam Indonesia dengan judul ANALISIS SENSITIVITAS PARAMETER IKLIM DAN SANITASI LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN DIARE DI KOTA YOGYAKARTA. Menunjukkan penelitian tersebut di dapatkan bahwa perubahan iklim berpotensi mempengaruhi penyakit diare akibat dari perubahan iklim terhadap kesehatan manusia. Kejadian diare yang dihubungkan dengan musim penghujan dan kemarau menunjukkan bahwa ketika kemarau dapat memunculkan bakteri patogen, sedangkan Ketika penghujan dapat berperan dalam memindahkan bakteri tersebut. Oleh karena itu, musim dapat mempengaruhi untuk terjadinya kontaminasi pada sumber air minum dan meningkatkan kontak antara manusia dengan patogen tersebut (Levy et al, 2018). Angka kejadian diare dapat meningkat atau menurun pada saat curah hujan rendah ataupun kondisi banjir. Hujan lebat tanpa disertai banjir pun dapat meningkatkan kasus diare akibat dari sistem pembuangan limbah yang kurang baik. Minimnya air bersih untuk kebersihan pribadi dan air untuk mencuci makanan akan meningkatkan risiko penyakit diare (Nerlander, 2009).

Peran Pemerintah dalam Menangani Penyakit Diare di Wilayah Pesisir akibat Perubahan Iklim, Perubahan iklim telah memicu berbagai tantangan kesehatan di seluruh dunia, termasuk peningkatan risiko penyakit diare di wilayah pesisir. Pemerintah memainkan peran kunci dalam mengatasi masalah ini dengan mengembangkan kebijakan, program, dan aksi konkret. Berikut adalah beberapa peran penting yang dapat dimainkan oleh pemerintah dalam menangani penyakit diare di wilayah pesisir yang terkait dengan perubahan iklim:

1. Penyusunan Kebijakan dan Peraturan

Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan dan peraturan yang mendukung pengelolaan lingkungan dan sumber daya air secara berkelanjutan. Kebijakan ini harus mencakup aspek perlindungan air bersih, sanitasi yang layak, dan pengelolaan limbah untuk mengurangi risiko kontaminasi air dan makanan yang dapat menyebabkan penyakit diare. Kebijakan ini harus fokus pada menjaga dan memelihara kualitas air bersih dalam sumber daya air seperti sungai, danau, dan akuifer. Ini melibatkan upaya untuk mencegah pencemaran oleh limbah industri, pertanian, domestik, dan lainnya. Pengawasan yang ketat terhadap kegiatan manusia yang dapat merusak kualitas air perlu diimplementasikan.

Sanitasi yang Layak: Kebijakan sanitasi yang baik mencakup penyediaan fasilitas sanitasi yang memadai dan layak bagi masyarakat. Ini melibatkan pembangunan dan pemeliharaan toilet, sistem pembuangan limbah, serta edukasi tentang praktik sanitasi yang benar. Masyarakat juga harus diberdayakan untuk menjaga fasilitas sanitasi dan mengadopsi perilaku sanitasi yang baik.

Pengelolaan Limbah, Kebijakan ini harus mengatur cara pengelolaan limbah yang aman dan berkelanjutan. Daur ulang, pengurangan limbah, dan pemrosesan limbah yang tepat harus ditekankan. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah yang baik juga perlu dijalankan.

Kolaborasi dan Partisipasi Masyarakat, Dalam pengembangan kebijakan, melibatkan masyarakat, organisasi non-pemerintah, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya sangat penting. Partisipasi mereka dalam proses perencanaan, implementasi, dan pemantauan akan memastikan kebijakan yang lebih efektif dan relevan dengan kondisi lokal.

Penerapan Hukum dan Sanksi, Penting untuk memiliki mekanisme penegakan hukum dan sanksi yang efektif terhadap pelanggaran kebijakan lingkungan dan sanitasi. Ini akan mendorong kepatuhan dan memastikan bahwa pelanggaran terhadap norma-norma lingkungan tidak terjadi.

2. Pengembangan Sistem Peringatan Dini

Pemerintah dapat mengembangkan sistem peringatan dini yang berbasis teknologi untuk mengidentifikasi dan mengantisipasi risiko terjadinya penyakit diare. Sistem ini dapat mengintegrasikan data iklim, kualitas air, dan data kesehatan masyarakat untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat dan petugas kesehatan mengenai potensi wabah penyakit.

Pengembangan sistem peringatan dini berbasis teknologi adalah langkah yang sangat tepat untuk mengidentifikasi dan mengantisipasi risiko terjadinya penyakit diare serta potensi wabah penyakit lainnya. Dengan mengintegrasikan data iklim, kualitas air, dan data kesehatan masyarakat, sistem ini dapat memberikan informasi yang berharga kepada masyarakat dan petugas kesehatan.

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil dalam pengembangan sistem peringatan dini seperti ini mengumpulkan data, Kumpulkan data dari berbagai sumber, termasuk stasiun meteorologi, stasiun pemantau kualitas air, fasilitas kesehatan, dan laporan kesehatan masyarakat. Data ini harus mencakup informasi tentang suhu udara, curah hujan, tingkat pencemaran air, jumlah kasus penyakit diare, dan faktor-faktor risiko lainnya. Integrasi Data, Gunakan teknologi untuk mengintegrasikan data dari berbagai sumber ke dalam satu sistem.

Hal ini memungkinkan untuk menganalisis korelasi antara perubahan iklim, kualitas air, dan tingkat penyakit diare. Analisis Data, Gunakan algoritma analisis data untuk mengidentifikasi pola dan tren yang dapat mengindikasikan potensi risiko penyakit diare. Misalnya, jika terjadi peningkatan suhu udara dan curah hujan yang tinggi, kemungkinan tingkat pencemaran air meningkat dan dapat berkontribusi pada risiko penyakit diare.

Sistem Pemberitahuan, Implementasikan sistem yang mampu memberikan peringatan dini kepada masyarakat dan petugas kesehatan. Ini bisa melalui pesan teks, notifikasi aplikasi seluler, atau melalui media sosial. Edukasi dan Informasi, sertakan informasi yang relevan tentang langkah-langkah pencegahan penyakit diare dan tindakan yang harus diambil oleh masyarakat dalam situasi risiko.

Edukasi adalah kunci untuk memastikan bahwa masyarakat merespons peringatan dengan benar.
Pengembangan sistem peringatan dini berbasis teknologi seperti ini memiliki potensi besar untuk mengurangi dampak penyakit diare dan potensi wabah penyakit lainnya dengan memberikan informasi yang tepat waktu kepada masyarakat dan petugas kesehatan.

3. Peningkatan Akses Terhadap Air Bersih dan Sanitasi

Pemerintah harus berkomitmen untuk meningkatkan akses masyarakat pesisir terhadap air bersih yang aman dan sanitasi yang memadai. Ini melibatkan pembangunan infrastruktur sanitasi yang tahan terhadap bencana dan penyediaan sumber air yang tidak terkontaminasi. Program-program pendidikan dan kesadaran juga harus dilakukan untuk mendorong perilaku hidup bersih dan sehat.

4. Pengawasan Kualitas Air dan Makanan

Pemerintah perlu memastikan adanya pengawasan yang ketat terhadap kualitas air dan makanan di wilayah pesisir. Ini melibatkan pengujian dan pemantauan berkala terhadap sumber air, pasokan air bersih, dan tempat-tempat makan. Hasil pengawasan ini akan membantu dalam mengidentifikasi potensi risiko penyakit diare.

5. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat

Program edukasi dan kampanye kesadaran yang didukung oleh pemerintah dapat membantu masyarakat memahami risiko penyakit diare dan tindakan pencegahannya. Ini melibatkan penyediaan informasi tentang pentingnya mencuci tangan, memasak makanan dengan baik, dan praktik kebersihan lainnya.

6. Kolaborasi dan Partisipasi Masyarakat

Pemerintah perlu mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam upaya penanggulangan penyakit diare. Kolaborasi dengan masyarakat lokal, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta dapat memperkuat efektivitas program-program penanggulangan.

7. Penelitian dan Inovasi

Pemerintah juga dapat mendukung penelitian ilmiah dan inovasi teknologi dalam mengatasi penyakit diare. Dukungan ini bisa dalam bentuk dana penelitian, fasilitas laboratorium, dan program pengembangan teknologi medis.

Salah satu penelitian yang di lakukan oleh Taher, Rizkiyanto M.(2021) dengan judul “ Pengolahan Air Laut Menjadi Air Bersih Menggunakan Evaporator dari Akrilik = Processing Seawater Into Clean Water Using an Acrylic Evaporator “ Skripsi thesis, Universitas Hasanuddin. Pengolahan Air Laut Menjadi Air Bersih Menggunakan Evaporator dari Akrilik (dibimbing Oleh Achmad Zubair dan Nur-Annisa Putry Mangerangi). Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi hidup dan kehidupan seluruh makhluk hidup, termasuk manusia. Seiring bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan air bersih juga akan bertambah.

Salah satu proses pengolahan air laut menjadi air bersih disebut proses desalinasi air laut. Dimana desalinasi ini salah satunya memanfaatkan energi surya untuk membantu proses pengolahan air laut menjadi air bersih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kuantitas (volume) serta kualitas air bersih yang dihasilkan dari alat destilasi air laut menggunakan evaporator akrilik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan akrilik sebagai media penyerap pada alat destilasi air laut dengan luas permukaan alat 1,26 m² , dengan memasukkan air laut sebanyak 5 liter.

Pengambilan data suhu, indeks ultraviolet, kelembaban serta volume air hasil pengolahan dilakukan setiap 1 jam selama 7 jam dalam 1 hari. Air hasil pengolahan kemudian diuji kualitasnya pada laboratorium. Berdasarkan hasil penelitian pengaruh evaporator akrilik terhadap kuantitas air mampu menghasilkan rata-rata air bersih sebanyak 327,21 ml/hari/m² selama 7 jam yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, indeks ultraviolet, kelembaban, bentuk evaporator, ketebalan air laut serta luas bidang evaporator sementara pengaruh evaporator akrilik terhadap kualitas air telah memenuhi persyaratan air bersih sesuai dengan Permenkes No. 32 tahun 2017 dengan nilai rata-rata pH (7,5), salinitas (0,2 ‰), TDS (89,3 mg/l), dan kekeruhan (2,3 NTU).
Melalui serangkaian penelitian yang dilakukan dalam rangka mengkaji dampak perubahan iklim terhadap penyebaran penyakit diare di wilayah pesisir, diperoleh pemahaman mendalam tentang kompleksitas tantangan kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat setempat, dalam menghadapi tantangan ini penting untuk menciptakan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor terkait. Upaya pemerintah dalam mengembangkan kebijakan yang mendukung sanitasi, penyediaan air bersih, dan pendidikan kesehatan perlu didukung oleh partisipasi aktif masyarakat serta kerjasama dengan organisasi non-pemerintah dan lembaga riset.

Selain itu, teknologi juga memiliki peran signifikan dalam upaya penanggulangan. Sistem peringatan dini berbasis data iklim dan kesehatan masyarakat dapat memberikan informasi yang cepat dan akurat, memungkinkan respon yang lebih efektif terhadap potensi wabah penyakit diare di wilayah pesisir.

Akhir kata semoga tulisan ini bermanfaat untuk masyarakat secara umum dan terkhusus masyarakat yang berdomisili di wilayah pesisir. Wasalamualaikum warohmatullahi Wabarokatu.

Publisher : FITRI F. NINGRUM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *