Penerapan Teknologi Tepat Guna Sebagai Alat Bantu Kerja Dalam Menurunkan Angka Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Iwoimendaa Kolaka

Oleh : Sitti Aisyah. A Mahasiswa Program Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Mandala Waluya Kendari

Oyisultra.com, KOLAKA – Puskesmas Iwoimendaa merupakan puskesmas daerah terpencil dan berada di wilayah pesisir , berkedudukan dibagian utara ibu kota kabupaten Kolaka tepatnya di Desa Iwoimendaa, kecamatan Iwoimendaa, dengan jarak tempuh ± 79 KM dari Kota Kolaka serta memiliki luas wilayah kerja + 194,30 km2. Wilayah Kerja Puskesmas Iwoimendaa terbagi menjadi 10 Desa yaitu tamborasi, lawolia, watumelewe, ladahai, lasiroku, ulukalo, iwoimendaa, landoula, wonualaku, dan lambopini.

Pelayanan kesehatan ibu dan anak yang diberikan oleh puskesmas tidak bergerak sendiri, terdapat upaya kesehatan yang berbasis masyarakat dalam membantu pelayanan tersebut, yang dikenal dengan sebutan posyandu. Posyandu membantu ibu hamil, bayi, dan balita dalam memantau kesehatan mereka di bawah pengawasan dari pihak puskesmas.

Berbagai inovasi telah dilakukan oleh puskesmas dan posyandu dalam membantu menyelesaikan berbagai masalah kesehatan ibu dan anak. Dan hal ini disesuaikan dengan karakteristik masyarakat dan lingkungan dimana puskesmas dan posyandu itu berada.

Puskesmas Iwoimendaa berupaya memberikan berbagai layanan kesehatan untuk menjaga agar masyarakat dalam wilayah kerjanya tetap sehat. Namun belum semua masalah kesehatan dapat diselesaikan dengan baik. Salah satu masalah yang perlu diselesaikan adalah stunting.

Masalah stunting adalah salah satu isu penting dalam dunia kesehatan anak-anak yang masih menjadi perhatian besar, khususnya anak-anak di negara terbelakang dan negara berkembang. Berdasarkan laporan dari Badan Organisasi Kesehatan Dunia, estimasi ada sekitar 149 juta balita yang mengalami stunting di seluruh dunia pada tahun 2020, sementara 45 juta anak lainnya diperkirakan memiliki tubuh terlalu kurus atau berat badan rendah.

Stunting adalah masalah tumbuh kembang anak yang ditandai dengan tinggi badan anak yang rendah, sementara berat badannya mungkin normal sesuai dengan usianya. Masalah stunting atau anak yang kerdil tentu akan berdampak buruk bagi kehidupan anak, termasuk gangguan sistem kekebalan tubuh, gagal tumbuh, masalah fungsi otak dan perkembangan organ, rentan infeksi, gangguan fisik dan mental, serta mengancam produktivitas dan fungsi hidup di masa depan.

Anak dikatakan stunting bila tinggi badannya tidak bertambah signifikan sesuai dengan usianya atau bila dibandingkan dengan tinggi badan yang anak itu dapatkan saat baru lahir. Sementara anak di bawah 5 tahun yang memiliki berat badan rendah atau sangat kurus dari usianya, itu disebut wasting. Anak menderita stunting dan wasting bila anak memiliki tubuh yang pendek/kerdil dan badannya juga sangat kurus, disertai adanya gangguan perkembangan otak dan keterlambatan kemampuan anak. Gangguan tumbuh kembang anak tersebut biasanya diakibatkan oleh gizi buruk (malnutrisi), infeksi berulang, dan stimulasi atau perawatan psikososial yang tidak memadai pada anak dari 1000 hari pertama sejak pembuahan sampai usia dua tahun.

Masalah stunting atau anak yang kerdil tentu akan berdampak buruk bagi kehidupan anak, termasuk gangguan sistem kekebalan tubuh, gagal tumbuh, masalah fungsi otak dan perkembangan organ, rentan infeksi, gangguan fisik dan mental, serta mengancam produktivitas dan fungsi hidup di masa depan.

Upaya penurunan prevalensi stunting di Indonesia dilakukan melalui 2 target intervensi gizi yaitu intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif (Kementerian PPN/Bappenas, 2018). Salah satu bentuk intervensi gizi spesifik adalah dengan memberikan makanan tambahan pada Ibu hamil dan balita. Makanan tambahan tersebut sebaiknya merupakan makanan yang disukai, mudah dikonsumsi, tahan lama dan memenuhi standar gizi.

Untuk menghasilkan makanan yang tahan lama dapat dilakukan dengan pengeringan dan pembubukkan. Namun lemari pengering dan mesin penepung belum dimiliki oleh Puskesmas Iwoimendaa. Dengan adanya teknologi tepat guna ini, Puskesmas berharap dapat melakukan inovasi dalam pemberian makanan tambahan bagi Ibu hamil dan balita di wilayah kerja Puskesmas Iwoimendaa. Alat tersebut akan digunakan bersama kader posyandu yang akan membantu petugas gizi puskesmas dalam menyediakan makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita.

Penerapan teknologi dapat berjalan apabila tersedia lemari pengering dan mesin penepung yang dapat digunakan oleh masyarakat. Lemari pengering yang disediakan tersebut adalah lemari pengering yang hemat energi dengan panas yang bisa diatur sesuai kebutuhan, sehingga tidak merusak bahan makanan yang dikeringkan. Lemari pengering tersebut hanya menggunakan listrik 250 watt untuk mengeringkan daun marungga dengan suhu 40 derajat celsius, sebanyak 5 kilogram selama 12 jam. Hasil pengeringan tersebut dihaluskan dengan mesin penepung sehingga menjadi bubuk yang bisa dicampurkan pada makanan balita.

Contoh bahan makanan pendamping asi yang menggunakan teknologi tepat guna (lemari pengering dan mesin penepung ) yaitu penepungan daun kelor yang telah dikeringkan sehingga menghasilkan bubuk yang bisa digunakan pada makan tambahan balita

Diharapkan Dinas kesehatan Kabupaten Kolaka dapat menyediakan teknologi tepat guna ini (Lemari pengering dan mesin pengepung) di Puskesmas iwoimendaa dan Puskesmas yang berada di wilayah kabupaten kolaka guna membantu menurunkan angka kejadian stunting di wilayah kerjanya.

Publisher : FITRI F. NINGRUM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *