Lamban Penanganan, Hal Lumrah Terjadi di Sistem Kapitalis

Oyisultra.com, KENDARI – Kasus kematian anak di Gambia, Afrika, membuka mata dunia kesehatan khususnya medis anak.  Lembaga terkait yang bertugas mengawasi peredaran obat seakan tidak bekerja dengan kejadian tersebut.

Pasca kejadian tersebut, ramai-amai lembaga terkait di seluruh negara, tidak terkecuali di Indonesia mulai melakukan tugas pengawasannya secara kontinyu.

Menteri Kesehatan, Budi Gunardi Sadikin mengungkap ada 241 anak yang terkena gagal gijal akut misterius di Indonesia. Total pasien yang meninggal tercatat 133 kasus, tren peningkatan kasus melonjak sejak Agustus 2022.  Ini ditemukan di 22 provinsi.

Pasca pemeriksaan laboratorium, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali mengizinkan tenaga kesehatan meresepkan 156 obat sirop, yang sebelumnya dilarang karena diduga mengandung zat berbahaya pemicu gangguan ginjal akut pada anak-anak.

Kemenkes memerintahkan Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan fasilitas pelayanan kesehatan melakukan pengawasan dan memberikan edukasi kepada masyarakat terkait dengan penggunaan obat sirop sesuai dengan kewenangan masing-masing.

Sementara itu Kepala BPOM, Penny Lukito menyatakan merujuk hasil sampling dan pengujian yang telah dilakukan BPOM, 23 obat “terbukti tidak menggunakan keempat produk Proplien Glikol, Polietilen Glikol, Sorbitol dan atau Gliserin/Gliserol” sehingga aman digunakan.

Lanjutnya, masih ada 69 produk yang masih dalam proses sampling dan pengujian. “Secepatnya kami akan mengeluarkan secara bertahap karena ini menyatakan sudah bertambah yang aman dan kemudian tentunya menjadi pilihan untuk segera dikonsumsi,” terang Penny.

Dalam perkembangan lain, Kementerian Kesehatan telah mendatangkan antidotum, atau obat penawar, untuk gangguan ginjal akut progresif atipikal ke Indonesia pada Minggu (23/10).
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengatakan 26 vial obat  Fomepizole didatangkan dari luar negeri, terdiri dari 10 vial dari Singapura dan 16 vial dari Australia. “Obat ini masih langka ya.  Kita bisa dibantu, saya telepon Menteri Kesehatan Singapura sama Australia langsung dikasih,” ujar Budi Sadikin.

Kementerian Kesehatan sebelumnya mengumumkan telah memesan 200 vial Fomepizole, yang diperuntukkan bagi satu pasien per vial, dengan dosis injeksi 1,5 gram atau 1,5 ml.
Obat itu sebelumnya telah diuji coba pada 10 pasien anak dengan gangguan ginjal akut yang dirawat di rumah sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.  Reaksi terhadap Fomepizole , diklaim memicu perbaikan gejala pasien. (BBCNewsIndonesia, 25/10/2022).

Sistem Islam Cepat Tanggap Hadapi Masalah Umat

Dalam Islam, nyawa seseorang lebih berharga dari bumi dan segala isinya, sebagaimana hadits Rasulullah saw.  Dari al Barra bin Azib ra, Nabi saw bersabda,” Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak” (HR Nasai, Turmudzi).

Karena itu, saat sistem Islam masih tegak 13 abad lamanya, pemerintahan sistem Islam tanggap menghadapi permasalahan umat. Pemerintahan sistem islam menjalankan amanah sebagai rain (pengurus ) dan junnah (perisai), karena mereka sadar akan dimintai pertanggungjawaban.

Abdullah bin Umar mengatakan,Rasulullah saw berkata,” Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya, seorang pemimpin umat manusia adalah pemimpin bagi mereka dan ia bertanggung jawab dengan kepemimpinannya atas mereka”.

Berbeda dengan sistem kapitalis saat ini, bidang kesehatan dijadikan ajang bisnis untuk kepentingan pihak tertentu.  Pemerintah hanya menjadi regulator bisnis korporasi.
Dalam Islam, anak adalah aset masa depan, calon pemimpin peradaban yang harus dipenuhi kebutuhannya.  Anak harus terpenuhi kebutuhan jasmani dan ruhaninya.

Pemenuhan kebutuhan jasmani antara lain berupa pemenuhan kebutuhan gizi dan kesehatannya.
Berbeda APBN pada sistem Kapitalis, pada sistem Islam terdapat Baitul Mal yang akan akan memenuhi kebutuhan masyarakat. Yang mana kas Baitul Mal akan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kebutuhan masyarakat, sehingga masyarakat akan mendapatkan pemenuhan kebutuhan yang gratis dan berkualitas.

Sungguh umat merindukan pengaturan dari pemerintahan sistem Islam.  Semoga kejayaan islam akan kembali dirasakan umat.

Wallahu’alam bishowab.

Oleh: Ulfah Sari Sakti, S.Pi (Jurnalis Muslimah Kendari)

Publisher : FITRI F. NINGRUM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *