Oyisultra.com, KENDARI –
Kebersihan adalah dambaan setiap orang dalam menjaga rumah. Keberadaan sapu menjadi kebutuhan pokok dan wajib ada memenuhi kebutuhan rumah tangga. Berbagai jenis sapu dibuat dengan bahan yang bermacam-macam. Salah satunya ialah sapu lidi bertangkai.
Produksi sapu lidi bertangkai masih banyak dijumpai di beberapa wilayah, salah satunya di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra). Sapu lidi yang berbahan baku alami dari pohon kelapa dan ganggangnya dari pohon bambu ini, sudah menembus pasar luar negeri.
Lidi daun kelapa merupakan salah satu bagian yang dihasilkan oleh pohon kelapa. Lidi daun kelapa memiliki banyak manfaat selain sering dibuat sapu lidi, lidi daun kelapa juga bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga lainnya seperti piring lidi, keranjang buah dari lidi, vas dari lidi dan lain-lain.
Sedangkan ganggang dari sapu lidi bertangkai ini dari pohon bambu. Tumbuhan bambu sendiri merupakan tumbuhan berbunga menahun hijau abadi dari subfamili Bambusoideae yang termasuk famili Poaceae. Tumbuhan ini sangat identik sebagai bahan baku berbagai kerajinan tangan.
Salah seorang pengrajin sapu lidi bertangkai bernama Supri (85) mengatakan, awalnya ia membuat sapu lidi bertangkai bersama sang istri mulai pada tahun 2015 lalu.
Selain membuat sapu lidi, ia juga membuat kerajinan tangan seperti sapu awang-awang dan anyaman bambu yang berada di Jalan Bay Pass Kelurahan Bongeya, Kecamatan Wua-wua, Kota Kendari.
“Sapu lidi bertangkai ini dari terbuat bahan batang pohon bambu dan lidinya dari bahan daun pohon kepala,” ujarnya.
Bahan bakunya sendiri, sambung dia untuk lidinya dibeli di Moramo Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) dengan harga satu ikat 60 ribu dan hasilnya nanti menjadi 7 sapu lidi bertangkai.
“Sedangkan bambunya kami memesan di luar Kota Kendari sebanyak satu mobil dengan harga Rp. 1.000.000,” ucap Supri saat ditemui di tempat pembuatannya di By Pass, Wuawua.
Dalam sehari pengrajin ini mampu memproduksi mulai dari 30-40 sapu lidi bertangkai. Biasanya pasutri ini dibantu oleh anak-anaknya ketika dihari libur.
“Kalau banyak yang pesan, pasti banyak juga kami buat. Bahkan dulu ada yang pesan 100 sampai 1.000 sapu lidi bertangkai untuk dijual di luar Sulawesi Tenggara,” bebernya.
Supri mengungkapkan, bahwa sapu lidi bertangkai yang ia buat sekarang ini sudah sampai di luar negeri seperti Hongkong.
“Sapu lidi bertangkai ini sudah ada yang pernah pesan untuk dikirim dan akan dipasarkan di Hongkong lewat jalur darat. Hingga saat kami masih membuatnya untuk dijualkan dipasar-pasar yang ada di Kota Kendari,” ungkapnya.
Cara Pembuatannya
Adapun cara pembuatanya, pengrajin telebih dahulu menyiapkan sebatang bambu yang sudah dipotong dengan panjang 60 cm. Setelah itu dilakukan pemasangan gagang sapu lidi. Lalu diikat dengan mengunakan tali nilon.
Butuh keahlian khusus untuk mengikat tali ini sehingga menjadi satu sapu yang rapi. Dalam mengikat ini juga, dipastikan kuat agar nantinya ketika digunakan tidak mudah lepas.
Berbagai inovasi selalu diterapkan para pengrajin sapu lidi tangkai ini. Mulai dari mewarnai tali, hingga gagang bambu. Setelah semua sudah terpasang, selanjutnya gagangnya dicat berwarna merah untuk menambah kecantikan dari sapu lidi bertangkai dan siap dijual di seluruh wilayah Kota Kendari hingga ke luar daerah. (Adv/OS)
Penulis : ASEP
Publisher : FITRI F. NINGRUM