Jelang Gerakan September Berdarah, GMNI Kendari Gelar Aksi Diam di Polda Sulawesi Tenggara

Oyisultra.com, KENDARI – Menjelang aksi peringatan September Berdarah “Sedarah” atas meninggalnya Randi dan Yusuf pada 26 September. Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kendari mulai menduduki gerbang markas Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara (Sultra) pada 21 September 2023 dengan menggelar aksi diam.

Aksi tersebut sudah dilakukan beberapa hari di setiap bundaran di Kota Kendari, dengan membentangkan pataka dan tulisan kritikan yang menyoroti institusi kepolisian terkait dengan beberapa deretan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang belum terselesaikan.

Apa lagi September Berdarah adalah momentum berkabung mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) atas meninggalnya Almarhum Randi dan Yusuf pada, 26 September 2023 saat aksi di depan Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara dalam menuntut RUU KUHP dan RUU KPK dengan tagar Reformasi di Korupsi.

Kabid Agitrop DPC GMNI Kendari, Risal mengatakan, aksi tersebut bagian dari konsolidasi sekaligus kampanye kepada seluruh masyarakat dan mahasiswa yang melintasi area tersebut.

“Banyaknya kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Sulawesi Tenggara ini, menuntut kita untuk mengambil sikap sekaligus memperkuat solidaritas antar elemen mahasiswa, agar gerakan kita di hari puncaknya bisa lebih besar,” ujarnya.

Tak hanya itu, aksi diam yang dilakukan dengan menduduki gerbang markas Polda Sulawesi Tenggara, juga sebagai bentuk kekecewaan tidak profesionalnya institusi kepolisian dalam menangani masalah pelanggaran HAM khususnya kasus Almarhum Randi dan Yusuf.

Sementara Ketua DPC GMNI Kendari, Rasmin Jaya menjelaskan, mendekati peristiwa momentum sedarah aksi protes nyaris sepi menghiasi jalanan. Sehingga perlu ada upaya untuk menggalang kekuatan dan opini publik dalam mempresur kasus pelanggaran HAM selama ini.

“Orientasi dan konsolidasi gerakan nantinya akan mengerucut pada tanggal 26 September 2023 nantinya. Kami mengajak kepada seluruh komponen dan elemen gerakan untuk menyatukan kekuatan, kita tunjukkan gerakan mahasiswa itu masih kuat dan solid,” harapnya.

Dengan upaya tersebut bisa memperbanyak kekuatan massa pro demokrasi dan sikap kritis dalam lingkaran kawula muda mahasiswa. Pasang surut gerakan mahasiswa sudah menjadi masalah yang akut dan lumrah dalam setiap lintasan sejarah. Tak bisa dipungkiri, itu bagian dari implikasi dari dinamika perpolitikan nasional.

Carut marut gerakan mahasiswa dan pergolakan pemikiran membuat kita sadar bahwa ada berbagai masalah dalam tubuh bangsa, lemahnya supremasi hukum dan meningkatnya pelanggaran Hak Asasi Manusia, tentunya masih banyak lagi.

“Harusnya pihak kepolisian bisa lebih maksimal dan profesional dalam menyelesaikan deretan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM),” tegasnya.

Penulis : EBIT VERNANDA
Publisher : FITRI F. NINGRUM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *