Intip Aneka Ragam Motif Tenun Moronene Bombana

Oyisultra.com, BOMBANA – Secara etimologi, istilah “Moronene” berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Moronene yakni “moro” dan “nene” yang memiliki arti “serupa” (kaitannya dengan Morotai) dan “resam” sejenis tumbuhan paku yang biasanya hidup mengelompok Gleichenia linearis). Hal ini merujuk kepada wilayah kawasan kediaman dimana kelompok masyarakat suku Moronene berasal yang mana banyak ditumbuhi resam.

Resam biasanya hidup subur di daerah lembah atau pinggiran sungai yang mengandung banyak air. Sebagai petani, peramu, dan pemburu, masyarakat suku Moronene memang sejatinya hidup di kawasan sumber air. Kulit batang resam bisa dijadikan tali, sedangkan daunnya dapat digunakan untuk membungkus makanan. Contohnya, yakni dapat dijadikan sebagai pembungkus kue lemper.

Etnis Moronene di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra), memiliki beragam kekayaan budaya. Salah satunya, kerajinan tangan tenun. Di sana tercatat ada 70 jenis corak tenunan dan motif ukiran (Talulu) yang digunakan oleh penduduknya, berdasarkan strata sosial masyarakat sejak abad ke-18.

Ke-70 jenis corak tenunan dan talulu itu, dua diantaranya adalah bosu-bosu (renda-renda) dan burisininta (tulisan bersambung), yang kini masih digunakan oleh masyarakat penduduknya.

Kain Tenun Moronene Bombana. Foto: Istimewa

Kedua jenis corak dan motif tersebut memiliki makna dan fungsi tersendiri dalam kehidupan keseharian masyarakat. “Bosu-bosu memiliki tiga gambar sesuai makna dan fungsi berdasarkan strata sosial pemakainya,” kata salah seorang tokoh budaya Moronene, Saleh Samruth.

Gambar pertama, berbentuk setengah lingkaran yang berwarna kuning, yang terbuat dari daun enau yang dijalin sambung-meyambung. Falsafah yang terkandung dalam simbol tersebut yaitu melambangkan raja (penguasa) atau pemerintah yang berfungsi sebagai pengayom dan pelindung masyarakatnya.

Gambar kedua, terbuat dari pucuk yang bagian tengahnya berwarna biru, kuning, merah dan hitam yang ditempatkan dibawah bosu-bosu, yang dimaknai sebagai suatu perkembangan masyarakat moronene yang hidup teratur, bersatu dan taat pada raja atau pemerintah. Sedangkan yang ketiga berwarna merah melambangkan tongkat atau tiang, dimaknai sebagai penyangga kehidupan dalam bermasyarakat.

Kain Tenun Moronene Bombana

Motif berikutnya, yakni burisininta, diambil dari tanaman pakis, yang dimaknai sebagai suatu peradaban orang moronene dalam kehidupan sehari-harinya, selalu bertekad untuk maju terus, serta mengedepankan persatua guna terciptanya rasa kedamaia dan keamanan yang lestari dan abadi.

Burisininata ini sendiri memiliki lima warna yaitu merah berarti keberanian, biru sebagai warna simbol alam sekitar yag terdiri dari langit, laut, hutan dan bumi.

Sementara itu, putih dimaknai sebagai warna yang melambangkan kesucian, menyusul kuning sebagai simbol dewi padi atau kesuburan dan hitam yang melambangkan pemecahan persoalan secara bersama-sama. (Adv)

Penulis : ASEP
Publisher : FITRI F. NINGRUM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *