Mahasiswa Arkeologi UHO Gelar PKL Kawasan Peninggalan Perang Dunia II di Konawe Selatan

Oyisultra.com, KENDARI – Sebanyak 75 Mahasiswa Jurusan Arkeologi Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari melaksanakan Praktik Kuliah Lapangan (PKL) di kawasan peninggalan kolonial Jepang (perang dunia II) Desa Rambu-Rambu Jaya, Kecamatan Ranometo, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Minggu (26/11/2023).

Sebelum menuju ke lokasi PKL, mahasiswa tersebut dilepas oleh unsur pimpinan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dalam hal ini diwakili oleh Dr. Syahrun selaku Wakil Dekan II Bidang Perencanaan dan Keuangan.

Kegiatan PKL kali ini, para mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk mempraktikkan beberapa pengetahuan yang telah didapat di bangku kuliah, dalam hal metode penelitian arkeologi, praktik identifikasi peninggalan kolonial.

Wakil Dekan II, Dr. Syahrun dalam sambutannya menyampaikan, bahwa kegiatan PKL ini merupakan program rutin fakultas yang dilaksanakan setiap semester, kegiatan PKL merupakan aplikasi dari ilmu yang diperoleh dibangku kuliah, sehingga mahasiswa harus sungguh-sungguh dalam melaksanakannya karena ada unsur penilaian.

“Output dari kegiatan PKL ini diharapkan hasil surveynya bisa menghasilkan jurnal, dan diharapkan dapat menjaga adat istiadat yang berlaku dan sopan di daerah tempat kegiatan,” pesan Syahrun.

Di tempat yang sama, Ketua Jurusan (Kajur) Arkeologi Dr. Abdul Alim menjelaskan, maksud dan tujuan dari kuliah lapangan ini adalah sebagai bagian penting dalam rangkaian matakuliah metode penelitian arkeologi, kuliah lapangan memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa dalam mempelajari dan memahami metode arkelogi.

“Desa Rambu-Rambu Jaya kami pilih sebagai lokasi yang ideal untuk kegiatan ini karena memiliki kawasan peninggalan kolonial Jepang,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Laboratorium Arkeologi Salniwati menekankan pentingnya kuliah lapangan dalam Arkeologi, kuliah lapangan seperti ini memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa dan membantu mereka mengaitkan teori dengan praktik.

“Melalui pengamatan situs dan interpretasi yang dilakukan di lapangan, mahasiswa dapat mengasah keterampilan analitis dan pemahaman konteks arkeologi yang lebih baik,” singkatnya.

Penulis : EBIT VERNANDA
Publisher : FITRI F. NINGRUM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *