Perilaku Bullying Dilingkungan Sekolah

Oyisultra.com, JAKARTA – Bullying adalah jenis penindasan yang sering terjadi terhadap individu yang dapat dilakukan oleh organisasi yang berbeda. Bullying dikalangan remaja sering kali berupa ejekan, dan tindakan lainnya. Korban bullying sering mengalami keputusasaan dan bahkan mungkin memutuskan untuk meninggalkan sekolah sebagai akibat dari penderitaan. Kejadian bullying di sekolah sering tidak dilaporkan kepada guru.

Kita sering melihat siswa bertindak di sekolah dengan mengejek, memukul, mengancam, menampar, dan perilaku tidak pantas lainnya. Bullying memiliki konsekuensi serius bagi orang yang menjadi korban. Korban bullying mengalami agitasi, ancaman, dan gangguan hingga mengalami ketakutan yang berlebihan saat belajar. Jika bullying tidak dihentikan, maka akan semakin parah bagi korban. Contoh, kenakalan remaja adalah bullying. Remaja yang mengalami pengabaian sosial dapat mengembangkan kenakalan remaja, suatu tanda patologis sosial.

Tujuan dari pembuatan artikel ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep bullying. Meningkatkan pengetahuan anak tentang dampak negatif bullying. Dorong anak-anak untuk mengadopsi mentalitas yang mengenali risiko yang terkait dengan intimidasi dan bersedia berbicara menentangnya. Penindasan, menurut Departemen Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini Victoria, adalah ketika seseorang terus-menerus membahayakan harta, reputasi, atau status sosial seseorang atau bullying datang dalam berbagai bentuk. Perilaku fisik, verbal, dan perilaku langsung atau tidak langsung, semuanya adalah contoh penindasan.

Bullying terjadi karena berbagai penyebab ini adalah hasil dari kecenderungan turun-temurun pada orang yang lebih tua. dorongan untuk membalas dendam atas pengalaman masa lalu dengan perilaku yang sama atau untuk menunjukkan keperkasaan dan kekuasaan (superior) tidak puas dengan perilaku orang lain yang tidak menentu. Beberapa budaya memandang hal ini sebagai penghinaan atau mengganggu (geng).

Efek bullying pada korban dapat berkisar dari kerusakan fisik hingga penyakit dan gangguan lainnya. depresi psikologis, selain gejala mental yang berhubungan dengan stres ekstra seperti ketakutan, kekhawatiran, dan kegelisahan. Hubungan sosial terhambat ketika seseorang jauh, canggung, menarik diri, atau menutup diri dari orang lain. Nilai yang rendah, kurang fokus selama sesi belajar, terlambat mengumpulkan tugas yang menyebabkan penumpukan tugas, atau membolos adalah contoh-contoh hasil belajar yang terganggu. kurangnya rasa percaya diri, pola pikir yang sempit, ketidakpuasan, dan kesedihan Memiliki masalah, ingin menyerah atau putus sekolah, atau ingin balas dendam.

Untuk menjaga diri kita agar tidak menjadi target bullying, kita dapat menghindari perilaku bully dengan cara tidak menggunakan atau membawa barang berharga atau uang yang banyak, dan lain-lain.

Hindari menyendiri, terutama di daerah yang tenang. Jangan mencari konflik dengan pelaku intimidasi. Jauhi pengganggu dan jangan berinteraksi dengan mereka. Temukan pelaku intimidasi dan minta perhatian mereka. Jangan pernah, jangan pernah ikut serta dalam perundungan. Perlawanan terhadap bullying mengharuskan kita untuk bersikap tegas dan menunjukkan kemandirian kita dengan memperjelas bahwa kita tidak ingin diganggu atau diintimidasi. Ketika seseorang menyela Anda, tenanglah. Jika Anda yakin kenalan Anda adalah korban, bantu dia dan kemudian laporkan.

Selain itu Berteriak, lari, atau lakukan tindakan lain sambil melakukan perlawanan sambil meminta bantuan Catat lokasi, orang-orang yang terlibat, dan jenis gangguan yang mereka buat sebelum melaporkannya kepada orang tua, sekolah, atau polisi. Penindasan di sekolah terkadang dilakukan oleh senior terhadap junior karena iri hati. Ada kekerasan dalam rumah tangga di rumah. Minoritas mengalaminya di sekitarnya.Menjadi pembela saat intimidasi hadir adalah hal yang tepat. Akan membantu jika Anda bertindak daripada hanya menonton. Cobalah untuk mencapai pemahaman. Bicaralah dengan teman dan keluarga pelaku intimidasi. Selain itu, beri tahu pihak berwenang.

Oleh karena itu, jika semua anggota komunitas sekolah mendukung inisiatif apa pun yang dapat menghentikan perilaku ini, pencegahan bullying akan berhasil. Nilai-nilai positif dibentuk di masyarakat tidak hanya oleh komunitas sekolah tetapi juga oleh lingkungan di luar kelas.

Oleh : Adzra Kamila Paustina, Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta

Publisher : FITRI F. NINGRUM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *