Oyisultra.com, KENDARI – Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024 telah berakhir. Jawa Barat dinobatkan sebagai jawara umum dengan total 538 medali, terdiri dari 195 emas, 161 perak dan 182 perunggu.
Nah, untuk Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dalam ajang empat tahunan ini, mencatat prestasi terburuk dalam perolehan medali selama mengikuti PON.
Menurut laman resmi PON Aceh
-Sumut 2024, Sultra hanya meraih 1 emas, 5 perak, 8 perunggu. Hasil ini membuat KONI yang saat ini dipimpin Alvian Taufan Putra, harus finish di posisi 34 dari 38 provinsi. Hanya 4 provinsi yang bisa dilewati, itu pun ada provinsi baru.
Hasil ini sangat jauh dari target 5 emas yang dipatok KONI Provinsi. Posisi Sultra juga merosot jauh dari hasil PON XXI Papua 2021, ketika itu Sultra meraih 6 emas, 6 perak 6 perunggu.
Pada PON Aceh-Sumut 2024 ini, hanya Softball Putri membawa pulang medali emas. Padahal atlet dan cabang olahraga (cabor) diturunkan semakin banyak dari PON sebelumnya yaitu 28 Cabor, 148 atlet bersama 47 orang mekanik, pelatih dan ofisial.
Anggota DPRD Provinsi yang juga menjabat sebagai Ketua Pengprov Persatuan Lawn Tenis Indonesia (Pengprov Pelti) Sultra, Suwandi, mengucapkan selamat atas perjuangan atlet hingga meraih prestasi 14 medali untuk atlet 6 Cabor di PON XXI.
“Selamat buat anak-anakku yang telah meraih emas, perak dan perunggu. Kalian luar biasa bisa mengharumkan nama daerah,” ucap Suwandi.
Meski begitu, Suwandi, juga menyoroti capaian peringkat Sultra yang berada diurutan 34. Hasil tersebut, kata dia, cukup mengagetkan mengingat Sultra mengikuti 28 Cabor ditambah lagi anggaran yang digelontorkan sejak Porprov, Pra PON, hingga PON cukup besar.
“Sangat tidak masuk diakal cara KONI dalam mempersiapkan atlet seperti ini. Dan memang dari sisi manejemen sudah kelihatan dari awal sulit meraih prestasi. Apalagi sudah pernah diaudit BPK,” bebernya.
Ketua Komisi III DPRD Sultra ini juga menyayangkan, hilangnya medali emas dari Cabor Dayung untuk pertama kalinya. Ini bisa dikatakan terburuk dalam PON yang diikuti Sultra. Apalagi cabor Softball sebagai pendulang emas dibuat kecewa oleh KONI tanpa perhatian serius.
“Kesiapan tidak matang. Latihan terpusat tidak berjalan. Manajemen internal KONI harus dievaluasi. Sangat nampak ketidakmampuan KONI sebagai induk olahraga. Itu anggaran Rp 11 M sangat besar untuk persiapan prestasi PON,” katanya.
Suwandi pun meminta KONI untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh. “Sangat, sangat jauh dari harapan. Tentu ini tidak bisa dibiarkan. Malu kita lihat tabel urutan 34 dari 38 provinsi,” tandasnya.
Sementara itu, Sekda Sultra, Asrun Lio, mengaku sudah mendapat laporan soal hasil PON. Sekda pun meminta hasil ini dijadikan bahan evaluasi untuk KONI Provinsi bersama seluruh Cabor.
Terkait finish diurutan 34, lanjut Sekda, memang dalam kejuaraan hitungan pertama adalah medali emas. KONI Sultra sendiri menargetkan 5 emas, namun tidak tercapai.
“Ini namanya target berdasarkan perkiraan dari 5 menjadi tidak terpenuhi. Kalau dulu Cabor unggulan kita dayung. Ya kita tahu ada batasan usia, peraih emas PON lalu sudah tidak bisa tanding karena lewat umur,” ujar Asrun Lio, Senin (23/9/2024).
“Mungkin daerah kita baik, tapi daerah lain ada yang lebih baik (soal hasil PON) intinya harus ada evaluasi bersama antara KONI dan seluruh cabang olahraga,” tutup Sekda.