Intip Kerajinan Tangan Makrame Khas Kendari Terjual Hingga Jakarta

Oyisultra.com, KENDARI – Produk kerajinan makrame kini mulai marak digunakan di berbagai rumah-rumah minimalis. Kerajinan macrame ini dinilai unik dan memiliki seni yang tinggi, tidak hanya sebagai hiasan dinding, kerajinan tangan makrame pun banyak digunakan untuk keperluan lainnya dan tidak hanya digunakan sebagai hiasan. Belakangan ini seni kerajinan makrame pun mulai ngetren dan banyak diminati oleh masyarakat sebagai hiasan dinding.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makrame merupakan bentuk kerajinan simpul menyimpul dengan menggarap rantaian benang awal dan akhir suatu hasil tenunan dengan membuat berbagai simpul pada rantai benang tersebut. Sehingga terbentuk aneka rumbai dan jumbai.

Makrame merupakan suatu seni yang menyatuhkan simpul yang terdiri atas beberapa tali atau benang untuk membuat sebuah karya tangan. Makrame sendiri mempunyai nilai estestik yang cukup tinggi.

Sama halnya dengan penggunaan makrame di Sulawesi Tenggara (Sultra), khususnya di Kota Kendari, yang menjadi pilihan utama bagi keluarga yang menjadikan nuansa rumah lebih indah dan elegan.

Di kota Kendari sendiri terdapat salah satu pengrajin makrame yang hasil produknya sudah terjual hingga di Jakarta. Ialah Tika (35), asal Kota Kendari, yang lima tahun terakhir ini menekuni seni yang menganyam tali tersebut.

Tika mengatakan, bahwa teknik pembuatan Makrame ini dengan menggunakan cara simpul. Biasanya dengan dasar simpul ini ada tiga simpul dasar, pertama laksit, squernot dan laksiknot.

“Pembuatan Makrame sendiri menggunakan bahan dari tali katun yang berasal dari kapas. Ada juga yang membuatnya dari kur. Tali kur ini berbahan dasar plastik,” ujar Tika kepada media saat ditemui di kediamannya.

“Dari katun sendiri ada tiga macam bentuknya. Ada single stren, twis dan bredit. Yang single stren itu cuma diplentir sedangkan kalau yang twis diulir dan bredit di kepang,” tambahnya.

Berbagai macam produk makrame buatan salah satu pengrajin di Kota Kendari, Tika

Ia mengungkapkan, tali kantun sendiri punya ukuran yang berbeda-beda. Ada dari ukuran 1 mili sampai 20 mili.

“Sebelumnya saya pernah lihat seniman membuat Makrame dengan interior yang bahanya dari tali tambang. Jadi Makrame tidak harus memakai tali katun atau tali kur saja tetapi bisa juga menggunakan tali tambang,” jelasnya.

Terjual Hingga di Jakarta

Tika mengungkapkan dalam membuat satu unit produk makrame membutuhkan waktu satu sampai dua jam. Itu pun tergantung dari kerapatan motifnya. Semakin rapat maka semakin lama proses pembuatannya.

Tika yang berdomisili di Jalan Khairil Anwar, Kelurahana Watulondo, Kecamatan Puuwatu ini, menambahkan pada abad ke-13 Makrame dibuat sebagai lapisan kuda atau biasa disebut pelana. Seiring berkembangnya waktu Makrame bisa dijadikan hiasan dinding, fashion tas, dompet dan bermacam-macam.

Makrame punya ibu Tika ini dijual mulai dari harga 15 ribu seperti gantungan kunci. Sedangkan untuk dekorasi pesta dengan ukuran 1,5 meter kali 2 meter harganya berkisar Rp1.500.000.

Makrame ini selain menarik dijadikan hiasan pada area altar atau pelaminan, ia juga akan menjadi backdrop foto yang indah. Ide ini juga bisa membuat dekorasi altar atau pelaminan lebih hemat dan sederhana.

“Kalau Makrame taplak meja harganya mulai Rp 150 ribu dan untuk tas samping harganya Rp 98 ribu,” ujarnya.

Macrame buatan ibu Tika tersebut sudah dipasarkan hingga diluar daerah Sulawesi Tenggara seperti Jakarta, Malang dan Papua.

“Pasarannya bukan hanya di Sulawesi Tenggara, tapi juga sudah di luar daerah, seperti Jakarta, Malang dan ada juga di Papua,” terangnya.

Salah satu produk kerajinan tangan makrame berupa taplak meja

Sejarah Makrame

Secara Etimologis kata makrame berasal dari kata Arab “mucharam” yang berarti susunan kisi-kisi. Dalam bahasa Turki berasal dari kata “makrama” yang berarti rumbai-rumbai atau juga ”migrama” yang artinya penyelesaian atau penyempurnaan garapan lap dan selubung muka dengan.

Seni makrame sudah sudah ada sejak dahulu dan berkembang diberbagai negara hingga sekarang.

Dilansir dari buku Eksplorasi Simpul pada Tali Katun Untuk Pelengkap Busana (2007) karya A. Devita, sejarah makrame dipercaya muncul sekitar abad ke-13 oleh para penenun Arab.

Dalam penggunaan kata yang berhubungan dengan kata makrame, seperti “arabeschi” atau “moreschi” menunjukkan bahwa bagian Timur negara Arab merupakan Negara asal makrame itu, meskipun seni membuat simpul telah ditemukan pada relief di Siria pada tahun 850 sebelum Kristus.

Pada relief bisa melihat penggunaan makrame sebagai dekorasi, yang nampak pada pembuatan simpul dari sisa kawat panjang garapan tenunan. Simpul pada sisa kawat panjang itu dimaksudkan adalah sebuah bentuk rumbai-rumbai.

Makrame dibawa dan disebarluaskan oleh para pedagang dari satu tempat ke tempat lain, dan terutama oleh para pelaut. Para pelaut membuat simpul sebagai kesibukan pada waktu senggang karena lamanya perjalanan. Mereka membuat simpul dari tali dan garapan yang dikerjakan selama pelayaran itu merupakan hadiah yang sangat disenangi ketika mereka sampai dirumah.

Makrame pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Turki dan negara-negara Balkan (Eropa Timur) dan sekitarnya. Simpul ini adalah paling lama populer dan sangat digemari dikalangan pelaut, makrame kemudian berkembang di Eropa. Berasal dari kata Maqrama yang digunakan oleh bangsa Turki, kata tersebut mengalami perubahan dengan huruf arab menjadi Miqramah yang kemudian menjadi macrame. (Adv/OS)

Penulis : ASEP
Publisher : FITRI F. NINGRUM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *