Warga Buton Utara Sulap Limbah Kayu Jadi Suvenir Unik

Oyisultra.com, BUTON UTARA – Saat ini perajin suvenir masih dapat kita jumpai di beberapa wilayah yang ada di Provinsi Sulawasi Tenggara (Sultra), baik itu dikerjakan secara individu maupun kelompok.

Salah satunya wilayah Kabupaten Buton Utara (Butur), masih dapat dijumpai perajin suvenir yang memanfaatkan kayu limba. Seperti limbah kayu hitam, bambu, batok kelapa dan pipa paralon, yang disulap menjadi suvenir dan aksesoris yang memiliki beragam bentuk.

Berawal dari hobi, pemuda bernama Kalam (32) warga asal Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara, mampu menghasilkan produk suvenir yang indah dan unik. Atas kelincahan dan kreasi dari tangan dinginnya itu, hasil kerajinannya kerap kali wara wiri di stand pameran di setiap daerah yang ada di Sulawesi Tenggara.

Perajin asal Desa Malalanda Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara

Kalam mengatakan, bahwa bahan-bahan dari limbah bekas pakai itu dirinya mampu membuat gantungan kunci dari kayu hitam, pembukus rokok, pembungkus korek, gelas dari bambu, miniatur kapal pinisi, tas dari batok kelapa dan lampu hias dari pipa paralon.

“Alat yang saya gunakan untuk membuat kerajinan tangan ini masih terbilang sederhana seperti pisau ukir, gergaji dan parang” jelasnya.

Ia juga menerangkan, produk suvenir yang dirinya hasilkan sudah memiliki brand. Untuk harga penjualan setiap produk memiliki harga yang bervariasi, ada yang harganya Rp. 20 Ribu sampai dengan Rp. 300 Ribu.

“Untuk suvenir dengan bahan kayu hitam harganya Rp. 30 Ribu-150 Ribu, bahan yang menggunakan bambu Rp. 50 ribu, Tas dari batok kelapa Rp. 250 Ribu, sedangkan Miniatur kapal pinisi saya jual dengan harga Rp 300 Ribu,” ungkapnya.

Gelang hasil kerajinan tangan

Ia menambahkan, bahwa hasil kerajinannya selama ini dipasarkan melalui jejaring online media sosial. Pembeli kerajinannya berasal dari beberapa daerah seperti Kendari Bombana, Bau-Bau bahkan sampai di Jakarta. Namun ia juga aktif dalam mengikuti kegiatan pameran produk kerajinan dan UMKM.

“Untuk penghasilan dalam membuat suvenir tidak menentu tergantung dari jumlah pesanan saja, tetapi Kalau diajak pameran saya senang. Minimal dengan ikut pameran paling tidak masyarakat tahu hasil kerajinan buatan saya,” pungkasnya. (Adv/OS)

Penulis : ASEP
Publisher : FITRI F. NINGRUM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *