Kain Ecoprint Sultra Tembus Pasar Nasional, Sempat Dilirik Presiden Jokowi

Oyisultra.com, KENDARI – Eco Print dapat diartikan sebagai proses mentransfer warna dan bentuk ke atas kain atau media lain melalui kontak langsung antara bahan media dan warna alam. Kata Eco dalam bahasa Indonesia berarti lingkungan atau alam dan Print artinya mencetak.

Di Sulawesi Tenggara (Sultra) sendiri, pengrajin kain Ecoprint ini sudah mulai tumbuh. Sejumlah motif dan karakter yang dimunculkan untuk menciptakan kain yang begitu indah dan unik.

Salah satu pelaku usaha ekonomi kreatif (Ekraf) di bidang Ecoprint yang ada di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Fitria Handayani.

Saat ditemui media ini, Fitria menerangkan, bahwa ada beberapa proses pembuatan Eco Print mulai dari Syal atau Selendang dengan menggunakan alat tenun bukan mesin dan memakai benang rayon.

“Untuk bahan kainnya pembuatan Ecoprint kami mengambilnya diluar Sulawesi seperti di wilayah pulau Jawa dikarena di Sulawesi Tenggara belum ada bahannya,” ucap Fitria saat ditemui di tempat pembuatan Selendang Eco Print, Rabu 1 November 2023.

Tampak kain Ecoprint.

Ia menjelaskan, pembuatan Syal atau Selendang Ecoprint menggunakan pewarna alami dari daun yang ada di sekitar pekarangan rumah seperti daun mangga, daun rambutan, daun Ketapang dan daun Tegeran.

“Untuk motifnya diambil dari daun-daun yang ada di sekitar. Ada juga yang diambil dari daun liar karena semua daun itu bisa saja ada yang mengeluarkan warna atau jejak di tulang daunnya dan ada yang hanya membentuk motif,” katanya.

Adapun proses pembuatannya, kata Fitria pertama-tama dilakukan treatment kain. Setelah itu, ada proses peresapan kain untuk menunggu sampai kering. Kain yang kering akan di kunci menggunakan bahan fiksasi lalu kain tersebut diperas sampai tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering.

Salah satu pengrajin Ecoprint Fitria sedang mempraktikkan cara membuat kain Ecoprint

Selanjutnya, daunnya disusun dan akan dilapisi dengan kain yang lain. Setelah itu dilapisi lagi dengan plastik supaya uap pada saat pengukusan tidak tembus dalam kain.

“Kain tersebut digulung menggunakan pipa dan setelah digulung diikat kuat menggunakan tali baru dikukus selama 2 jam. Setelah melewati tahap pengukusan ikatannya dibuka untuk diangin-anginkan,” ujarnya.

“Pembuatan Syal atau Selendang Ecoprint ini membutuhkan waktu dari 2 sampai 3 hari dalam pembuatan satu kain Syal,” tambahnya.

Presiden RI Jokowi pernah memborong produk Ecoprint dari hasil karya tangan Fitria, saat pameran di Wakatobi beberapa waktu lalu.

Fitria memulai usahanya pada tahun 2019 lalu. Dimana saat itu ia masih mengikuti pembina komunitas di Jawa dengan memperkenalkan nama Ecoprint tapi masih teknik besik dasarnya.

“Pada tahun 2019 kami diajarkan dan memperkenalkan namanya Ecoprint. Di Tahun 2022 baru bisa membuat produk hasil kerajinan tangan sendiri dengan hasil yang sangat bagus,” bebernya.

Fitria bersama rekannya sedang membuat kain ecoprint

Ia menyebut, penjual Selendang Ecoprint ini sudah sampai di luar Sulawesi Tenggara seperti Medan, Kalimatan, Samarinda, Kutai Kartanegara, Bali, Jakarta, Surabaya dan pernah dibeli oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo waktu di Wakatobi.

“Produk kami sudah banyak yang pesan di luar Sulawesi Tenggara melalui via online. Kalau bapak Presiden waktu itu mendatangi stand pameran kami di kegiatan Wakatobi dan ia langsung membeli salah satu produk Ecoprint kami,” ungkapnya.

Selain selendang, pihaknya juga membuat kerajinan tangan Ecoprint seperti kaos dari katun bambu, tas tangan, head baket atau topi, sarung bantal dan nantinya pihaknya akan memproduksi jilbab.

“Kain Ecoprint kami ini biasanya dijual ke desainer yang sudah ada beberapa desainer lokal disini dan ada juga dari Jakarta sama Medan. Mereka membeli produk kami untuk dipakai fashion show,” pungkasnya.

Perlu diketahui, harga Syal atau selendang Ecoprint Rp.230.000 ribu, kalau untuk kaos berkisar Rp.150.000 sampai Rp.220.000 ribu. Tas tangan dengan harga Rp.120.000 ribu dan topi harganya Rp.178.000 ribu. (Adv/OS).

Penulis : ASEP
Publisher : FITRI F. NINGRUM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *