Oyisultra.com, BOMBANA – Tari Lumense adalah tarian khas Suku Moronene dari Kabaena, Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), yang memiliki makna “terbang tinggi”.
Tarian ini awalnya berfungsi sebagai ritual keagamaan untuk mengusir bencana atau roh jahat, namun kini lebih sering ditampilkan sebagai hiburan atau penyambutan tamu penting.
Gerakannya dinamis, diiringi musik tradisional berupa gendang dan gong, serta properti unik seperti batang pisang dan parang
Kata lumense sendiri berasal dari bahasa daerah setempat yakni “lumee” yang berarti Mengais dan e’ense yang berarti Loncat. Jadi, lumense bisa diartikan mengais dengan meloncat-loncat.
Tarian ini dilakukan oleh kelompok perempuan yang berjumlah 12 orang, 6 orang berperan sebagai laki-laki dan 6 lainnya berperan sebagai permepuan.

Para penari menggunakan busana adat Tokotu’a atau Kabaena. Untuk para penari yang berperan sebagai perempuan memakai rok berwarna merah maron dan atasan baju hitam.
Baju ini disebut dengan taincombo dengan bagian bawah baju mirip ikan duyung. Untuk penari yang berperan sebagai laki-laki memakai taincombo yang dipadukan dengan selendang merah. Kelompok laki-laki memakai korobi (sarung parang dari kayu) yang disandang di pinggang
Musik tarian ini berasal dari gong besar yang dikenal dengan sebutan tawa-tawa dan kecil yang biasa disebut ndengu-ndengu. Tarian ini digunakan masyarakat terdahulu untuk mengusir wabah dari roh jahat.
“Dulu tarian ini merupakan ritual penyembahan untuk mengusir wabah yang disebabkan oleh roh-roh jahat,” kata Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Bombana, Anisa Sri Prihatin kepada media ini, Kamis (20/11/2025).
“Di wilayah Kabaena Tokotua Lumense merupakan tarian yang sangat tua. Tarian ini biasa dilakukan untuk penjemputan jika ada tamu-tamu yang datang ke Kabaena,” kata Anisa.

Anisa juga mengungkapkan bahwa di wilayah Kabaena Tokotua, Lumense sendiri merupakan tarian yang sangat tua.
Tarian ini biasanya dilakukan untuk penjemputan jika ada tamu-tamu yang datang.
Pemerhati Budaya Suku Moronene, Ilfan Nurdin mejelaskan, Lumense bisa diartikan sebagai membersihkan negeri dengan gerakan melonjak-lonjak.
“Seperti membersihkan dari bala bencana seperti wabah penyakit yang biasa datang saat angin musim Barat. Di mana angin bertiup dari lautan dan membawa penyakit,” jelasnya.
Sesuai catatan sejarah dari berbagai literasi, tari Lumense saat ini sudah diperbaharui tanpa mengubah norma dasar tarian.
Seperti digunakan untuk lomba, menyambut tamu dan lainnya sedangkan dulu dilakukan untuk membersihkan negeri.









