Oyisultra.com, BUTON – Tari Mangaru adalah tarian tradisional yang berasal dari wilayah Buton di Sulawesi Tenggara (Sultra), secara spesifik dikenal sebagai tarian khas dari Desa Konde, Kecamatan Kambowa, Kabupaten Buton Utara (Butur).
Tarian ini merupakan manifestasi dari sejarah dan budaya masyarakat Buton, yang menggambarkan keberanian, kegigihan, dan jiwa kesatria para pria di masa lampau saat menghadapi peperangan.
Tarian ini memiliki makna dan filosofi tentang refleksi dari semangat juang para prajurit Buton. Gerakan-gerakannya menyimulasikan pertarungan atau duel, menunjukkan ketangkasan dan kekuatan fisik dalam membela diri atau wilayah mereka.

Tari Mangaru mengandung nilai-nilai luhur tentang keteguhan hati (istiqomah), pengendalian diri, dan semangat kebersamaan yang diajarkan kepada generasi muda.
Awalnya, tarian ini mungkin terkait dengan persiapan perang atau perayaan kemenangan. Saat ini, Tari Mangaru sering ditampilkan dalam berbagai acara adat, pesta panen, penyambutan tamu penting, dan festival budaya untuk melestarikan warisan leluhur
Tari Mangaru diiringi oleh alat musik tradisional Sulawesi Tenggara yaitu kansi-kansi, mbololo (gong) dan dua buah gendang yang terbuat dari kulit binatang dengan menggunakan Pakaian tradisional wolio lengkap dengan kopiah.
Muhammad Amran, salah satu penggiat seni di Buton menjelaskan bahwa dalam pesta adat, tari mangaru ditampilkan oleh dua 2 (dua) penari. Namun jika kegiatan di luar pesta adat bisa dilakukan oleh 3 (tiga) penari.
”Tari mangaru juga mengajarkan untuk bekerja keras dan semangat menjalani kehidupan. Karena gerakan tarian ini agak cepat dan membutuhkan fisik yang kuat,” kata Amran kepada media ini, Rabu (12/11/2025).

Pada mulanya tarian mangaru merupakan kesenian wajib pada zaman kesultanan. Para penari merupakan orang-orang pilihan yang memiliki keberanian. Sebelum pertunjukan mangaru, terlebih dahulu dipersiapkan ritual kakanu yang berarti persiapan lahir batin dengan membaca mantra ilmu kebal.
“Sebab, konon, pada zaman dulu para penari saling menyerang sungguhan menggunakan senjata tajam,” sebutnya.
Dengan berkembangnya zaman, tarian itu kini didesain menjadi suatu hiburan untuk masyarakat. Tarian mangaru masih tetap menggunakan senjata tajam, tetapi tidak lagi saling menikam secara serius seperti yang dilakukan pada zaman dulu.
Para penari hanya sekadar berperan dengan mimik serius seakan dilakukan dalam peperangan nyata. Pada saat ini Tari mangaru sudah mengalami berbagai pengembangan dan kreasi, tetapi tetap menjadikan semangat keberanian saat berperang sebagai dasarnya. Kini tarian ini lebih sering ditampilkan saat ada penyambutan tamu.









