Mengatasi Stunting di Morowali Utara: Kolaborasi Antara Pemerintah, Puskesmas dan Masyarakat

Oyisultra.com, KENDARI – Stunting merupakan masalah serius yang berdampak pada tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun kognitif. Di Indonesia, termasuk di Kabupaten Morowali Utara, prevalensi stunting masih menjadi perhatian utama bagi para tenaga kesehatan, khususnya di tingkat Puskesmas. Di Kabupaten Morowali Utara masalah Stunting pada anak balita menjadi perhatian utama. Berdasarakan data dari aplikasi elektronik-pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat sebesar 24,7 % tahun 2023 dan data sampai dengan bulan juni tahun 2024 sebesar 13,89% dari target nasional sebesar 14%. (Sumber data : EPPGBM) Dinas kesehatan morowali utara melaporkan bahwa prevalensi stunting pada anak balita di kabupaten morowali utara telah turun secara signifikan. Dimasa pertumbuhan kritis ini,nutrisi yang tepat menjadi faktor kunci untuk mendukung perkembangan fisik dan mental anak.Penanganan Stunting ini membutuhkan beberapa keterlibatan semua OPD dan dukungan tim pengerak PKK yang di lakukan secara simultan, sinergis, terukur, dan tepat sasaran.

Pentingnya Nutrisi pada Balita Stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, yang meliputi masa kehamilan hingga usia dua tahun. Pada balita yang mengalami stunting, tinggi badan mereka akan lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak seusianya, yang berdampak pada kemampuan fisik dan kognitif mereka. Salah satu faktor utama yang berperan dalam terjadinya stunting adalah kekurangan nutrisi yang memadai, terutama pada periode emas pertumbuhan anak. Oleh karena itu, pemberian nutrisi yang tepat sangat penting untuk mencegah dan mengatasi stunting.

Penyebab Stunting pada Balita

1. Gangguan Pertumbuhan Fisik: Stunting menyebabkan anak tumbuh lebih pendek dari standar usianya, yang dapat memengaruhi kesehatan tulang dan otot. Pertumbuhan tubuh yang terhambat ini seringkali berlanjut hingga masa remaja dan dewasa.

2. Keterlambatan Perkembangan Otak dan Kognitif: Kekurangan gizi pada masa balita, terutama protein dan mikronutrien penting seperti zat besi, yodium, dan vitamin A, dapat menghambat perkembangan otak anak. Hal ini berpotensi menyebabkan keterlambatan dalam kemampuan belajar, konsentrasi, dan kemampuan kognitif anak.

3. Peningkatan Risiko Penyakit: Balita yang mengalami stunting cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah, sehingga lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit. Kekurangan gizi memperburuk kemampuan tubuh dalam melawan infeksi dan penyakit, yang pada gilirannya dapat memperburuk kondisi stunting.

Program Inovasi yang sudah dilakukan di Morowali Utara

Diketahui, saat ini angka stunting di kabupaten morowali utara masih di angka 13,89% sehingga pemerintah Kabupaten Morowali Utara mempunyai target menekan stunting 10 % pada 2024. Untuk mencapai hal tersebut maka kabupaten morowali utara mendukung strategi percepatan penurunan stunting dengan menghadirkan Gempar, Program Gempar merupakan salah satu inovasi kabupaten morowali utara dengan mengajak pengusaha untuk menjadi bapak angkat bagi anak penderita stunting atau gagal tumbuh akibat tidak cukupan zat gizi. Kami mengajak sektor swasta untuk terlibat dengan menjadi bapak angkat bagi anak penderita stunting.

Tujuan Program Ini untuk meminimalisasi jumlah keluarga stunting di kabupaten morowali utara, selain itu program gempar juga melakukan budidaya ikan dan penyediaan tempat pusat pemulihan gizi jadi melalui program gempar ini selain sistem bapak angkat, kami juga mengajarkan masyarakat mengenai budidaya ikan juga, ada penyedian tempat pusat pemulihan gizi di Kabupaten Morowali Utara.

Bupati Morowali Utara juga menyakini melalui program gempar yang di hadirkan oleh pemerintah kabupaten morowali utara dapat menambah penghasilan setiap keluarga juga mendapatkan asupan gizi baik untuk mencegah stunting. Pemerintah Morowali Utara berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah intervensi, karena penanganan stunting tidak akan berhasil jika hanya bergantung pada satu instansi. Di perlukan kerja sama dari semua pihak untuk mewujudkan balita sehat. 8.311 balita terkena stunting di ukur timbangan, maupun berat badannya oleh 14 Puskesmas di Morowali Utara dan akan mengoptimalkan pengunaan bantuan dana insentif untuk program prioritas daerah.

Untuk itu perluhkan langkah penanganan serius dan terencana melalui pelayanan yang komprehensif, jelas dan terukur pemerintah morowali utara menekankan agar semua opd dan pekaksana tehnis seperti RSUD, Puskesmas, Camat, Kepala desa, agar benar-benar fokus untuk menangani upaya mencegah dan menurukan stunting.

Kesimpulan

Penanggulangan stunting memerlukan kolaborasi yang solid antara pemerintah, Puskesmas, dan masyarakat. Setiap pihak memiliki peran penting dalam mencegah dan mengatasi masalah stunting, terutama pada anak-anak di usia balita yang merupakan periode kritis untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Pemerintah bertanggung jawab menyediakan kebijakan dan fasilitas yang mendukung, Puskesmas berperan langsung dalam memberikan layanan kesehatan dan edukasi kepada masyarakat, sementara masyarakat sendiri perlu aktif berpartisipasi dalam menjaga pola makan sehat dan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak.

Hasil kolaborasi ini terbukti dapat memberikan dampak positif yang signifikan dalam menurunkan angka stunting, seperti yang telah dilakukan di beberapa daerah yang berhasil mengurangi prevalensi stunting dengan pendekatan terpadu. Program-program seperti pemberian makanan tambahan (PMT), pemantauan status gizi balita, serta edukasi gizi kepada ibu hamil dan keluarga, serta program Gempar menjadi contoh langkah konkret yang dapat diterapkan.

Penulis : Handi Fitriyani, Mahasiswi Magister Universitas Mandala Waluya Kendari (Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Program Studi Magister Mesehatan Masyarakat)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *