Tari Pajoge Siompu: Cermin Kehidupan dan Nilai-Nilai Adat Masyarakat Buton Selatan

Oyisultra.com, BUTON SELATAN – Tari Pajoge yang khas di Kabupaten Buton Selatan (Busel) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) merupakan bagian dari upacara adat seperti pingitan di Desa Nggulanggula, Kecamatan Siompu.

Berbeda dengan Pajoge dari Bone (Sulawesi Selatan) yang dikenal sebagai tarian klasik Bugis, Pajoge di Buton Selatan memiliki konteks dan kekhususan tersendiri dalam upacara adat.

Gerakannya menggambarkan kehidupan seperti gerakan penari perempuan yang mengayunkan sapu tangan (Lenso) untuk meminta restu dari suami sebelum mencari nafkah, dan gerakan suami mengembalikan sapu tangan yang telah diikat untuk menyerahkan hasil jerih payahnya

Masyarakat Siompu biasa mengadakan upacara adat pingitan ini secara bersama-sama yang diadakan pada sebuah rumah warga yang dianggap layak untuk digunakan untuk melangsungkan upacara adat pingitan.

Penampilan tarian tradisional Pajoge di Kabupaten Buton Selatan. Foto/Ist

Upacara adat ini juga biasa dirangkaikan dengan acara Khatam Qur’an, Akikah, Khitanan dan Pernikahan. Upacara adat pingitan diadakan untuk merayakan kedewasaan seorang anak perempuan dimana perempuan tersebut sudah di khatam Al-Qur’an.

Hal inilah yang kemudian menjadi patokan masyarakat suku Siompu yang mayoritas beragama islam sebagai ukuran kedewasaan atau Baligh bagi seorang anak perempuan.

Prosesi upacara adat pingitan diawali dengan perencanaan oleh keluarga yang akan memingit anak gadis mereka. Upacara adat dibuka oleh seorang parabella. Sementara yang mengantarkan para gadis kedalam pingitan disebut bhisa.

Gadis akan dipingit selama 4 hari 4 malam. Pemain musik pengiring upacara adat pingitan disebut pande rambi. Pande rambi hanya datang untuk memainkan musik pada upacara pembuka, dipagi hari pada hari ketiga dan di hari ke empat yakni hari berakhirnya upacara adat Pingitan.

Karakteristik kostum Tari Pajoge di Buton Selatan mengalami perubahan dari baju Wilidhu ke baju Kambowa, namun sebagian masyarakat masih melestarikan pakaian Wilidhu untuk acara malam hari.

Tari Pajoge Buton Selatan. Foto/Ist

Tarian ini biasanya diiringi gendang yang gemuruh dan disesuaikan dengan gerakan penari yang lembut untuk menghasilkan harmoni yang teratur dan estetis

Perbedaan dengan Tari Pajoge di Bone

Tarian Pajoge di Buton Selatan adalah tarian upacara adat, sedangkan tarian Pajoge di Bone adalah tarian Bugis yang berasal dari kerajaan Bone.

Di Buton Selatan tarian ini digunakan dalam upacara adat seperti pingitan, sementara di Bone tarian ini merupakan tari hiburan yang sering ditampilkan pada acara-acara istana.

Melestarikan dan Menjaga Kekhasan Tradisi

Melihat begitu pentingnya suatu budaya bagi masyarakat disuatu daerah, upacara adat pingitan tetap dipertahankan agar masyarakat dapat mengetahui dan menjaga keberadaanya dan sebaiknya dilakukan secara terus-menerus, karena kesenian daerah merupakan ciri khas suatu daerah dan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yakni bukan hanya para tokoh adat yang wajib menjaga dan melestarikannya, tapi semua masyarakat yang bernaung dalam daerah tersebut yang akan mempertahankannya.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *