Kande Tompa: Warisan Budaya Buton Tengah yang Kaya Makna

Oyisultra.com, BUTON TENGAH – Tradisi Kande Tompa adalah ritual adat dari masyarakat Tolandona, Kabupaten Buton Tengah (Buteng), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), yang merupakan bagian dari tradisi Pakande-kandea (makan bersama).

Selain acara makan bersama, tradisi ini juga melibatkan unsur hiburan dan ritual, serta terdapat interaksi sosial, politik, dan budaya di dalamnya.

Pakande-kandea secara istilah merupakan acara makan akbar. Sementara, Kande Tompa memiliki makna, makan dengan cara disuapi.

Ritual ini utamanya adalah ajang mencari jodoh, di mana para gadis menyuapi makanan kepada pria yang datang sebagai tamu.

Kande Tompa secara harfiah berarti “makan dengan cara disuapi” dan biasanya dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Fitri.

Penyelenggaraan Kande Tompa, ritual adat masyarakat Tolandona, Kabupaten Buton Tengah (Buteng) yang merupakan bagian dari tradisi Pakande-kandea (makan bersama). Foto/Ist

Tradisi ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi dan kekeluargaan di antara masyarakat, serta sebagai bentuk rasa syukur.

Pada zaman Kesultanan Buton, tradisi Pakande-kandea dan Kande Tompa digunakan juga untuk menyambut tamu kehormatan. Meski begitu, itu hanyalah cerita yang beredar di masyarakat

Tokoh Adat Kelurahan Tolandona, Buton Tengah (Buteng), La Ode Hikman mengatakan Pekande-kandea juga merupakan wujud rasa syukur.

La Ode Hikman menjelaskan, Kande Tompa sebenarnya bukanlah tradisi pencarian jodoh, tetapi simbol disuapi hanya menandakan kawinnya antara suami istri.

“Namun jika memiliki minat untuk itu, biasanya memberi ucapan terima kasih, nilainya lebih besar jumlahnya dari lainnya,” ujar La Ode Hikman kepada media ini, Senin (24/11/2025).

Menurutnya, tradisi ini harus dipertahankan terus menerus, sebab tidak hanya mendapat pengalaman disuapi, tetapi juga mengenal makanan tradisional khas Buton Tengah.

Pelaksanaan Kande Tompa, ritual adat masyarakat Tolandona, Kabupaten Buton Tengah (Buteng), yang merupakan bagian dari tradisi Pakande-kandea (makan bersama). Foto/Ist

“Selain nilai-nilai sosial dan budaya, tradisi Kande Tompa juga penting untuk dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang,” jelas La Ode Hikman.

Saat ini, tradisi Pakande-kandea telah menjadi ikon dan festival budaya serta diselenggarakan setiap tahun yang biasanya sepuluh hari setelah Hari Raya Idulfitri

Di tengah arus modernisasi, Kande Tompa tetap eksis dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Buton Tengah.

Pemerintah daerah dan berbagai organisasi masyarakat sipil terus berupaya untuk melestarikan ritual ini sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa.

Kande Tompa bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga identitas dan kebanggaan masyarakat Buton Tengah.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *