Oyisultra.com, MUNA — Setelah menuntaskan tugas sebagai Ketua Delegasi Indonesia di Singapore–Indonesia Youth Leader Exchange Program (SIYLEP) 2025, Muhamar Yuyun Baharuddin atau Amar kembali ke tanah kelahirannya dengan membawa misi yang lebih besar dari sekadar pengalaman internasional menyalakan perubahan dari desa.
From Singapore to Southeast Sulawesi—begitulah perjalanan seorang pemuda asal Muna yang memilih kembali ke akar, bukan untuk beristirahat, tetapi untuk menanam harapan baru. Usai berdiri bersama para pemimpin muda Indonesia–Singapura dalam forum SIYLEP 2025, Amar pulang membawa buah pemikiran yang kemudian ia wujudkan dalam sebuah gerakan bernama Ceria Education Care (CEC).
Gerakan yang lahir dari idealisme anak muda ini berdiri di atas tiga pilar, yakni pendidikan, lingkungan, dan ekonomi. Tiga fondasi yang diyakini Amar sebagai kunci masa depan masyarakat.
Membawa Gerakan Pulang ke Tanah Kelahiran
CEC telah menyentuh Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Konawe, dan Kabupaten Konawe Utara (Konut). Namun pada 29–30 November, giliran Kabupaten Muna menjadi rumah bagi semangat baru melalui kegiatan bertajuk CEC Goes to Muna – CEC Chapter Muna.
Perjalanan dua hari itu dimulai di SMPN 1 Lasalepa. Di sekolah tersebut, Amar bersama tim CEC memperkenalkan English Fun Class, metode belajar yang membuat siswa menikmati bahasa Inggris tanpa tekanan. Melalui permainan, dialog sederhana, dan tawa yang memenuhi ruang kelas, anak-anak belajar bahwa keberanian bicara adalah langkah pertama menguasai bahasa.
Masih di lokasi yang sama, CEC melanjutkan dengan program Go Green Life. Puluhan bibit produktif dibagikan kepada siswa dan ditanam bersama. Di sela aktivitas itu, Amar menyampaikan pesan sederhana namun menyentuh.
“Anak-anak itu mungkin masih kecil, tetapi mereka sedang belajar menjadi penjaga bumi sejak dini,” ungkap Amar.

Bagi Amar, menanam pohon bukan hanya menambah hijau di lingkungan sekolah, tetapi menanam harapan agar generasi muda tumbuh dengan kesadaran merawat bumi.
Menumbuhkan Perubahan dari Desa
Keesokan harinya, rombongan CEC bergerak ke Desa Ghonsume, Kecamatan Duruka. Dari sana, mereka menyusuri kawasan DAS Jompi, area yang membutuhkan sentuhan pemulihan. Bibit-bibit ditanam, bukan sekadar menambah pepohonan, tetapi menegaskan pesan bahwa manusia dan alam harus berjalan berdampingan.
Di desa ini pula, CEC mendampingi para pemuda membentuk lembaga kepemudaan resmi—wadah bagi anak muda desa untuk berorganisasi, mengembangkan potensi, dan melahirkan gerakan dari tanah mereka sendiri. Amar ingin pemuda Muna berdiri sebagai pelaku perubahan, bukan sekadar pengikutnya.
Kegiatan ditutup dengan bimbingan teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan, memberikan pengetahuan praktis tentang teknik penanaman, perawatan bibit, hingga strategi pemulihan lahan kritis. Para pemuda belajar bahwa masa depan lingkungan daerah mereka berada di tangan mereka sendiri.
Pulang Dengan Menyalakan Gerakan
Kisah Amar adalah kisah seorang pemuda yang tidak hanya pulang, tetapi membawa pulang sesuatu. Saat banyak anak muda mengejar gemerlap kota besar, Amar memilih jalan sebaliknya kembali ke Muna, kembali ke desa, kembali ke titik awal untuk membangun dari akar.
Ia percaya bahwa perubahan tidak harus menunggu besar. Perubahan hanya perlu mulai. Dan dari Muna, langkah kecil itu telah tumbuh menjadi gerakan.
Gerakan yang menyalakan semangat, mengajak lebih banyak pemuda bergerak, dan membuktikan bahwa masa depan bukan hanya tentang harapan, tetapi tentang tindakan hari ini.
Dari tangan Amar, dari hati yang ingin membangun, cahaya kecil itu kini mulai tumbuh menjadi cahaya yang menginspirasi banyak orang.









