Irama Laut Buton: Hilirisasi Ekonomi Biru Berbasis Kearifan Lokal dan Teknologi

Oyisultra.com, BUTON – Indonesia menargetkan Indeks Ekonomi Biru (IBEI) naik dari 60,57 di tahun 2023 menjadi 88,57 pada 2045, menandai ambisi besar dalam memperkuat ekonomi kelautan yang berkelanjutan, sejalan dengan pilar sosial, ekonomi, dan lingkungan

Pendekatan ekonomi biru yang mengedepankan keberlanjutan ekosistem berpotensi menjadi penyeimbang hilirisasi sektor pertambangan yang disebut sebagai sektor ekstraktif dengan memperhatikan keberlanjutan dan kelestarian sumber daya pesisir sebagai bagian dari pilar-pilar IBEI.

Dalam konteks Forkestra 2025 yang mengusung inovasi, ketahanan, dan keberlanjutan, hilirisasi menjadi langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya laut. Buton memiliki peluang besar untuk mengembangkan model hilirisasi berbasis ekonomi biru yang mengintegrasikan kearifan lokal dan teknologi digital. Dengan demikian, penguatan sektor kelautan tidak hanya soal produksi, tetapi juga tentang pelestarian budaya dan ekologi.

Artikel ini memuat ringkasan umum karya ilmiah yang ditulis Jalita Sri Rahayu Mahasiswa Universitas Muslim Buton Prodi Peradilan Pidana dalam lomba Forkestra yang digelar oleh Bank Indonesia Cabang Sulawesi Tenggara.

Relevan untuk menjawab tantangan degradasi lingkungan, rendahnya nilai tambah produk laut, serta minimnya literasi teknologi di pesisir.

Fakta Kunci hasil perikanan sumber DKP Produksi laut (2023) meliputi:
• Ikan Pelagis: 18,90 ton
• Rumput Laut: 60,17 ton
•Kepiting dan Rajungan: 120.72 ton
• Kerang Mutiara: 188,75 ton
•Hasil Budidaya Lain : 262.24 ton

Menemukan Potensi ekowisata bahari tinggi berbasis konservasi.

Kearifan lokal seperti “sando-sando” dan gotong royong maritim mendukung hilirisasi inklusif sebagai.Strategi Hilirisasi Buton dalam konteks Forkestra 2025 — berikut strategi utama yang diusulkan:

1. Rumah produksi komunal hasil laut
Penguatan ekonomi lokal melalui fasilitas produksi bersama.

2. Branding budaya lokal
Mengusung identitas seperti motif, cerita tradisional, dan nilai “sando-sando” Buton sebagai daya tarik produk.

3. Sertifikasi ekolabel
Menjamin produk laut ramah lingkungan dan menarik segmen pasar global mindful.

4. Digitalisasi pemasaran
Pemasaran via e-commerce dan media sosial untuk menjangkau pasar lebih luas dan modal rendah.

5. Kolaborasi quadruple helix
Sinergi antara pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat sebagai fondasi bersama.

Dampak dan Manfaat yang Diharapkan:

Pendapatan nelayan dan UMKM meningkat

Nilai tambah lokal lebih kuat, pendapatan kian berdaya.

Pelestarian ekosistem laut Area mangrove, terumbu karang, dan lamun mendapatkan dukungan konservasi kuat.

Regenerasi pelaku ekonomi maritim muda Menumbuhkan generasi baru yang fasih teknologi dan sadar lingkungan.

Penguatan identitas budaya maritim Buton

Membangun citra daerah sebagai pusat ekonomi biru berbasis kearifan dan inovasi.

Penutup yang Menguatkan Posisi Buton

Melalui Forkestra 2025, strategi ekonomi biru Buton dapat diperkuat melalui kolaborasi multi-pihak, pemanfaatan teknologi digital, dan integrasi kelembagaan untuk memperluas pasar global. Pendekatan hilirisasi berbasis hati, budaya, dan alam akan menjadi identitas sekaligus daya saing Buton dalam percaturan ekonomi biru nasional.

Dengan menggabungkan inovasi, kearifan lokal, dan komitmen keberlanjutan, Buton berpeluang menjadi model pembangunan maritim yang selaras dengan visi Forkestra 2025: Sulawesi Tenggara berdaya saing global, berakar pada budaya, dan berorientasi pada masa depan berkelanjutan.

Penulis: Jelita Sri Rahayu (Mahasiswa Universitas Muslim Buton, Prodi Peradilan Pidana)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *