Oyisultra.com, KENDARI – Periode seribu hari bagi anak berusia di bawah lima tahun (balita) dikenal luas dalam dunia kesehatan dan gizi dengan istilah 1.000 Hari Pertama Kehidupan (1.000 HPK) merupakan periode penting, karena menyangkut awal kehidupan yang menentukan kualitas kehidupan masa depan. Diperlukan perhatian serius kepada balita pada masa 1.000 HPK tersebut untuk mencegah jangan sampai balita mengalami stunting.
Berdasakan data prevalensi balita stunting menurut data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan RI (Riskesdas) Pada tahun 2018 prevalensi stunting pada balita di Indonesia turun dari 37,2% pada tahun 2013 menjadi 30,8%. Pada tahun 2022 prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,6%. Pada tahun 2023 prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,5%, hanya turun 0,1% dari tahun sebelumnya bayi berumur bawah lima tahun (balita).
Sedangkan prevalensi stunting di wilayah kerja puskesmas morosi ditemukan 3 orang anak balita di tahun 2024. Pemerintah Indonesia sangat memberi perhatian dalam penanganan masalah stunting, dapat kita lihat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024 pemerintah menargetkan penurunan angka stunting paling tinggi 19% pada tahun 2024. Kondisi ini menggambarkan tugas berat yang masih harus diselesaikan terkait penanggulangan stunting di Indonesia.
Kegagalan penyelesaian masalah stunting ini berdampak sangat serius karena dapat mengakibatkan tidak tercapainya target pembangunan nasional, dan risiko beban besar yang harus ditanggung negara akibat sangat rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tidak memiliki daya saing. Target Indonesia untuk memanfaatkan bonus demografi yang diproyeksikan tahun 2030 dan perwujudan Indonesia Unggul tahun 2045 pun tidak tercapai bila kita gagal dalam mengatasi masalah stunting.
Pola Asuh dan Kesehatan Balita
Anak umur di bawah lima tahun (balita) merupakan anak yang berada dalam rentan usia 1-5 tahun kehidupan. Pada masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembang anak periode selanjutnya.
Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age yang penting untuk diperhatikan karena menentukan kualitas kesehatan masa depan. Pada masa ini juga pertumbuhan dan perkembangan anak sangat pesat baik secara fisik, psikologi, mental, maupun sosialnya.
Balita juga merupakan kelompok anak yang rentan terhadap berbagai penyakit. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan anak dengan memberikan makanan yang sehat dan imunisasi. Pada usia balita, anak-anak membutuhkan dukungan nutrisi yang lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan otak mereka. Masa balita adalah masa kritis, maka kebutuhan nutrisi bagi balita harus seimbang, baik dalam jumlah maupun kandungan gizi.
Pola asuh makan ini meliputi riwayat pemberian ASI dan MP-ASI serta praktek pemberian makan. Pemberian asupan makan yang kurang baik mengakibatkan ditemukannya balita dengan berat badan lahir rendah (BBLR), memiliki riwayat panjang badan lahir rendah kurang dari 48 sentimeter, mempunyai riwayat kurang baik dalam pemberian ASI dan MP-ASI, sering mengalami penyakit infeksi. Kondisi anak balita tidak sehat juga dipengaruhi kurang baiknya menerima pelayanan kesehatan dan imunisasi.
1. Promotif dan Preventif Pencegahan Stunting
Kegiatan perencanaan sistematis para pembuat kebijakan (pemimpin utama) yang berorientasi pada tujuan organisasi dengan jangkauan waktu yang panjang dimasa mendatang, dimana didalam perencanaan terebut berisikan langkah-langkah detail dan komprehensif bagaimana mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa penentuan suatu strategi kebijakan sangat diperlukan dalam pencapaian tujuan kebijakan yang telah ditetapkan, karena strategi yang telah disusun tersebut akan
membantu para pelaksana kebijakan untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien.
Strategi program-program dan intervensi kegiatan dengan fokus pada pencegahan dan penanganan gizi buruk dan kronis balita dan ibu perdesaan agar tidak berlanjut menjadi kejadian stunting perdesaan. Mengacu kepada teori dan penelitian terdahulu, telah diidentifikasi faktor yang berpengaruh menyebabkan terjadinya stunting.
Sanitasi dan kesehatan lingkungan
Berbagai penelitian menunjukkan kaitan pengaruh antara kesehatan lingkungan, Sanitasi dan air bersih d dengan kejadian stunting perdesaan . Keluarga dengan sanitasi rumah memenuhi syarat sebagian besar memiliki balita yang tidak terkena diare, begitu pula sebaliknya.
Hal tersebut terjadi karena sanitasi tidak memenuhi syarat, cenderung tidak memiliki penyediaan air bersih untuk mencuci tangan dan makanan maupun membersihkan peralatan makan sehingga kuman dan bakteri penyebab diare tidak dapat hilang. Penyediaan air berhubungan erat dengan kesehatan. Di negara berkembang, kekurangan penyediaan air yang baik sebagai sarana sanitasi akan meningkatkan terjadinya penyakit dan kemudian berujung pada keadaan malnutrisi.
Perancangan Strategi Percepatan Penurunan Stunting
Program intervensi yang paling dominan sebagai akselerator, lebih lanjut dalam melakukan perancangan strategi perlu dianalisis dan dikaji alternatif strategi yang paling efektif agar target sasaran penurunan angka prevalensi stunting tercapai. Strategi yang ditetapkan digunakan sebagai acuan perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan dan evaluasi percepatan penurunan stunting perdesaan.
Pembahasan tentang strategi penurunan stunting lebih difokuskan kepada Penyuluhan gizi dengan membeikan edukasi kepada ibu hamil dan keluarga tentang pentingnya asupan gizi yang seimbang, peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak dipuskesmas dan posyandu, pemberian suplemen gizi seperti vitamin dan mineral bagi ibu hamil dan anak-anak, meningkatkan kapasitas kade dengan melakukan pelatihan kader untuk pemantauan dan pendampingan gizi secara efektif dan penyebaran informasi melalui media massa dan media sosial untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang peningkatan pencegahan stunting.
Penulis : Ayu Utami Suddin (M202301008). Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan Universitas Mandala Waluya Kendari